ASPEK.ID, JAKARTA – Kawasan Bandara Internasional Kualanamu di Sumatera Utara akan dikembangkan menjadi Kota Bandara atau Aerocity serta hub untuk penumpang dan kargo di wilayah Barat Indonesia dengan nilai investasi indikatif sebesar USD 500 juta.
Direktur Transformasi dan Portfolio Strategis PT Angkasa Pura II (Persero) Armand Hermawan dalam keterangannya di Jakarta dilansir laman Antara, Minggu (15/12) mengatakan bahwa, Angkasa Pura II akan menggunakan skema kemitraan strategis (strategic partnership) dalam mempercepat rencana itu.
“Saat ini ada 19 korporasi yang berminat untuk bisa menjadi mitra investor strategis yang berasal dari negara di kawasan ASEAN, Eropa, dan Asia Timur,” kata Armand.
Dijelaskannya, Angkasa Pura II dan mitra investor strategis akan bergabung di dalam joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi untuk mengelola dan mengembangkan Kualanamu.
Terminal penumpang pesawat di Kualanamu juga dikembangkan hingga berkapasitas 22 juta penumpang per tahun di tahun 2030. Area pergudangan kargo juga diperluas dari 13.000 meter persegi menjadi 27.318 meter persegi.
Pengembangan Bandara Internasional Kualanamu difokuskan pada peningkatan konektivitas internasional khususnya di kawasan ASEAN, Asia Selatan, China dan Timur Tengah, selain tentunya juga memperkuat konektivitas domestik.
Kapasitas terminal penumpang di Kualanamu saat ini adalah 8 juta penumpang per tahun, di mana perkembangan selanjutnya, kapasitas terminal penumpang ditargetkan akan dapat menampung pergerakan penumpang mencapai 17 juta penumpang di tahun 2024.
“Konsep yang dikembangkan dalam kerja sama strategis ini dikenal dengan 3E, yakni ‘Expansion the traffic’, ‘Expertise sharing’, dan ‘Equity partnership’,” katanya.
Ia mengemukakan pihaknya akan menerbitkan dokumen “Request for Proposal” (RfP) kepada korporasi-korporasi yang berminat itu.
“Dokumen RfP akan diterbitkan kepada calon investor pada akhir Januari 2020. Di dalam RfP tersebut terdapat struktur transaksi kerja sama yang akan dijalankan oleh PT Angkasa Pura II dan mitra strategis,” katanya.
Ditambahkan Armand, seluruh proses pemilihan mitra investor strategis ini ditargetkan tuntas pada pertengahan tahun dan pada Juli 2020 diharapkan sudah dilakukan penandatanganan kerja sama.
“Yang jelas mitra investor strategis harus memiliki kemampuan dan pengalaman global di sektor kebandaraan, termasuk aspek operasional dan bisnis, mampu menaikkan lalu lintas penumpang dan penerbangan, serta secara finansial bisa memberikan pendanaan dalam jangka waktu panjang,” imbuhnya.
Sekedar diketahui, PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia bagian Barat.
Angkasa Pura II saat ini mengelola 16 Bandara yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Husein Sastranegara (Bandung).
Angkasa Pura II juga mengelola Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), Silangit (Tapanuli Utara), Banyuwangi (Jawa Timur), Kertajati (Jawa Barat) dan Tjilik Riwut (Palangkaraya) dan baru saja mendapat penambahan 3 bandara yakni Fatmawati Soekarno (Bengkulu), Radin Inten II (Lampung) dan Hanandjoeddin (Belitung).