‘
Surabaya – Para awak kapal Pelindo Marine yang bertugas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, mengikuti ‘cangkrukan’ atau sarasehan membahas operasional dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Selasa (20/2). Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh top level management anak usaha BUMN Pelindo tersebut. Mulai dari Senior Manajer (SM) Sistem Manajemen & Manajemen Risiko (SMMR) Dian Irawati, SM Operasi Capt. Dody Eko Saputro, SM Teknik Yohanes Lianto, dan SM SDM dan Umum Ary Murdiyanto, untuk berdialog dengan puluhan nakhoda kapal tunda dan kapal pandu.
Dian Irawati menyebutkan, ‘cangkrukan’ yang merupakan budaya duduk dan bertukar cerita dalam keseharian arek Suroboyo. Wujud kearifan lokal tersebut menjadi wahana komunikasi, diskusi, dan sosialisasi yang egaliter. “Dengan ‘cangkrukan’, kami duduk bersama sembari menikmati makan pecel dan kopi dengan kawan-kawan sepekerjaan. Terbukti bisa membuat suasana yang rileks untuk menyampaikan keluh kesah hingga ide perbaikan pelayanan. Selain itu juga momen untuk mengetuk hati dan kesadaran pelaut tentang pentingnya K3,” ungkapnya, Selasa (20/2).
Pada kesempatan tersebut ia juga mengumumkan kabar gembira bahwa Pelindo Marine kembali mendapatkan Penghargaan Zero Accident dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Capt. Dody menambahkan, bagi Pelindo Marine, penerapan K3 bahkan bukan hanya demi keselamatan pelaut, tapi juga keselamatan pekerja dan aset milik pengguna jasa (perusahaan pelayaran dan pemilik kargo). Maka keselamatan pelayaran sangat penting untuk keberlanjutan bisnis dan arus logistik negeri. “Layanan penundaan kapal dan operasional kapal pandu yang disediakan oleh Pelindo Marine di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menjadi pilot project untuk berbagai inisiatif inovasi dan strategi efisiensi, sebelum kemudian diterapkan di pelabuhan-pelabuhan di penjuru Indonesia. Dan, implementasi K3 merupakan faktor penting yang mendukung availabilitas (kelaikan) armada untuk pelayanan,” ungkap mantan Pandu Laut tersebut.
Korelasi kuat antara disiplin K3 dengan availabilitas armada juga dibenarkan oleh Yohanes Lianto. Menurutnya, kapal yang dioperasikan oleh kru yang disiplin K3 akan relatif lebih efisien kebutuhan perbaikan kapalnya. “Tingkat perbaikan yang minimum membuat kapal tidak terlalu lama waktu docking-nya (perbaikannya). Sehingga dapat standby (siap) dan tingkat laik operasi yang optimal. Kru kapal memegang peranan penting untuk melaporkan dan mengungkapkan apa saja kebutuhan kapal. Momen ‘cangkrukan’ menjadi momen bagi Tim Teknik untuk berdiskusi dan berkoordinasi dengan para pelaut, agar bisa memberikan dukungan yang optimal,” jelas alumni Liverpool John Moores University, Inggris dengan beasiswa Pelindo itu.
Pada kesempatan yang sama, Ary Murdiyanto juga mengatakan bahwa manajemen Pelindo Marine sangat memahami pentingnya pelaut sebagai ujung tombak pelayanan pada para pengguna jasa. Selain kesiapan kapal, kesiapan fisik dan mental para awak kapal sebelum bekerja juga diperiksa dengan dilaksanakan fit-to-work dan safety briefing. “Selain itu di jetty tempat kapal standby juga tersedia klinik dan petugas paramedis yang siaga. Secara terjadwal juga ada psikolog yang siap mendampingi para pelaut untuk merawat kesehatan mental dan kondisi psikisnya. Pegawai darat, pekerja operasional, dan awak kapal, merupakan SDM yang menjadi kekuatan utama bagi operasional perusahaan dalam memberikan jasa marine dengan kualitas pelayanan prima,” pungkasnya.
Salah satu pelaut yang mengikuti kegiatan tersebut, ‘Bas’ Andriyanto, Kepala Kamar Mesin Kapal Tunda Kresna 306, mengaku senang dan mengapresiasi adanya ‘cangkrukan’. Ia merasa puas bisa menyampaikan kerisauannya terkait keselamatan kerja dan mengapresiasi adanya ruang untuk memberikan kritik yang konstruktif kepada manajemen. “Keluhan dan masukan dari awak kapal tentunya sangat beragam. Bisa dari sisi K3 terkait operasional, kesiapan dukungan fasilitas secara umum, hingga kebutuhan konsultasi terkait layanan SDM. Maka akan sangat baik bila ada semacam call center yang jadi satu pintu bagi awak kapal untuk berkoordinasi dengan manajemen di darat. Sehingga komunikasi lebih lancar dan lebih efisien. Agar pelayanan prima bisa terjaga,” harapnya.