ASPEK.ID, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merencanakan untuk menyerahkan pengelolaan 106 hotel milik sejumlah perusahaan pelat merah ke BUMN bidang perhotelan.
106 hotel yang dimiliki oleh BUMN tersebut dianggap tak relevan atau tak sesuai dengan bisnis inti perseroan sehingga akan dilebur kedalam BUMN yang mengelola khusus bidang perhotelan, yakni PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau Inna Group.
“Masih dicek semua, karena kalau konsolidasi harus dihitung asetnya. Kita berharap agar BUMN yang punya hotel itu bisa fokus mengurus inti bisnisnya masing-masing,” kata Arya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (16/12/2019).
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (HIN) atau Inna Group, Iswandi Said mengatakan bahwa, wacana dan skema penggabungan hotel-hotel milik BUMN sedang dibicarakan.
Iswandi Said mengatakan, ada 7 BUMN yang ditugaskan untuk mencari pola yang tepat untuk mengimplementasikan rencana penggabungan hotel.
Iswandi menjelaskan perusahaan tersebut antara lain PT HIN, PT Pertamina (Persero), Patra Jasa, PT Pegadaian (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Pembangunan Perumahan (Persero).
“Total ada 106 hotel milik BUMN dan yang besarnya ada 7. Mereka ini yang jadi motornya dulu (skemanya),” kata Iswandi di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (30/1).
Tujuh perusahaan pelat merah itu dikatakannya akan membahas kajian bersama konsultan yang dibentuk Kementerian BUMN selama 6 bulan ke depan dan ditargetkan rampung pada Juni 2020 mendatang.
“Targetnya 6 bulan harus selesai dan keputusan selanjutnya ada di Kementerian BUMN,” imbuhnya.
Nama PT Indonesia Nature Group (Persero) mungkin sedikit asing bagi publik, namun mungkin juga dari belasan hotel yang dikelola oleh Inna Group ini, mungkin pernah Anda jadikan pilihan penginapan saat liburan.
Berikut Aspek.id tampilkan sekilas profil singkat tentang PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau Inna Group.
Profil Singkat
Didirikan pada 5 Agustus 1962, PT Hotel Indonesia Natour (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pelayanan jasa perhotelan dan kini memiliki nama bisnis/komersial Inna Hotels & Resorts.
PT Hotel Indonesia Nature (Persero) merupakan hasil penggabungan dari PT Hotel Indonesia International dan PT Natour pada tahun 2001. Penggabungan kedua perusahaan tersebut makin memperkuat dan memperluas jaringan hotel, yang semula berada di lima provinsi menjadi tujuh provinsi.
BUMN ini memiliki 14 unit hotel dan resort di Bali, Jawa dan Sumatera yakni Inaya Putri Bali Nusa Dua, Grand Inna Kuta, Grand Inna Padang, Grand Inna Bali Beach, Grand Inna Malioboro, Grand Inna Tunjungan, Grand Inna Samudra Beach, Grand Inna Medan, Inna Bali Beach Garden, Inna Bali Beach Resort, Inna Tretes Hotel & Resort, Inna Parapat Hotel & Resort, Inna Sindhu Beach Hotel & Resort dan Inna Bali Heritage Hotel.
Dewan Komisaris PT Hotel Indonesia Natour (Persero) terdiri dari Bonny Anang Dwijanto sebagai Komisaris Utama serta Fendy Eventius Mugni, Michael Frankwin Umbas dan Faturohman sebagai Komisaris.
Sedangkan Dewan Direksi PT Hotel Indonesia Natour (Persero) terdiri dari Iswandi Said sebagai Direktur Utama, Andy Fahril Manvaludhi sebagai Direktur Keuangan & SDM, dan Seno Andhikawanto sebagai Direktur Operasi & Pengembangan.
PT Hotel Indonesia Natour (Persero) menarik perhatian saat mampu menghentikan kerugian (stop bleeding) dan mengembalikan arah dari rugi menjadi untung atau declare turn around di tahun 2017 dan membuat perusahaan berhasil keluar dari daftar BUMN yang rugi. Di tahun ini, perusahaan berhasil membukukan laba sebesar Rp 9 juta.
Memang tidak seberapa, tapi pada tahun sebelumnya di 2016, PT Hotel Indonesia Natour (Persero) merugi Rp 89 miliar. Bahkan, pada 2015 perusahaan merugi hingga Rp 140 miliar. Baru pada 2018, PT Hotel Indonesia Natour (Persero) berhasil meningkatkan keuntungan signifikan, mencapai Rp 21 miliar.
Grand Inna Bali Beach yang akan dikembangkan menjadi kawasan Hotel Indonesia Bali menjadi salah satu aset unggulan yang dimiliki oleh PT Hotel Indonesia Natour (Persero).
Pembangunan hotel tahap pertama ini akan memiliki 161 kamar, terdiri dari 139 deluxe dan 22 suite rooms serta dilengkapi fasilitas MICE yang dapat menampung 900 orang, bar, restaurant, fitness centre, swimming pool, spa, dan retail area. Pembangunan hotel dilaksanakan dengan sistem fast track dan direncanakan hotel akan dioperasikan pada bulan November 2020.
Setelah revitalisasi nanti, GIBB akan menjadi kawasan Hotel Indonesia Bali yang memiliki 1017 kamar yang terdiri dari 943 kamar.hotel bintang 3, 4, dan 5; 73 premium villa dan 1 presidential villa, dan memiliki convention centre yang dapat menampung 10.000 orang; disamping fasilitas eco-park, life-style art market, dermaga dan helipad.