ASPEK.ID, JAKARTA – Staf Khusus (Stafsus) Menteri BUMN Arya Sinulingga mengaku heran dengan keputusan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) untuk menjadi sponsor klub sepakbola asal Inggris, Manchester City di tengah buruknya kinerja keuangan pada 2014.
Jiwasraya menjalin kerja sama dengan Manchester City pada 2014 dengan kontrak selama dua tahun. Dengan kerja sama ini, Jiwasraya bisa menggunakan pemain-pemain Man City untuk melakukan aktivitas pemasaran di Indonesia.
Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim kala itu berharap, kerja sama tersebut bisa membuat masyarakat semakin mengenal identitas perusahaan dan mampu menambah jumlah nasabah yang saat itu perjumlah 6,5 juta orang.
Diketahui, Jiwasraya sedang mengalami masalah keuangan hingga tak bisa membayar klaim nasabah produk tabungan rencana (saving plan) yang jatuh tempo pada Oktober 2018 lalu sebesar Rp802 miliar.
Saat ini total aset Jiwasraya sebesar Rp23,26 triliun dengan liabilitas mencapai Rp50,5 triliun. Aset perusahaan paling banyak ditempatkan di sejumlah saham yang tidak likuid atau tak laris di pasar, sedangkan mayoritas likuiditas berasal dari klaim produk asuransi saving plan.
“Bayangkan, pada 2014 posisi keuangan Jiwasraya sudah jelek, tapi masih mark up (menaikkan) buat jadi supporter Manchester City,” kata Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga dilansir laman CNN Indonesia, Kamis (26/12).
Pria yang beberapa waktu lalu diangkat sebagai Komisaris PT Inalum itu menilai bahwa mantan Sekretaris Kementerian BUMN pada 2014 lalu, Said Didu, kemungkinan besar tertipu oleh manajemen Jiwasraya. Tak ayal, perusahaan bisa menjadi sponsor Man City.
“Mungkin Pak Said Didu juga tertipu oleh pengelola Jiwasraya,” imbuh Arya.
Arya menyatakan keuangan Jiwasraya sebenarnya sudah buruk sejak 2006. Namun, perusahaan asuransi pelat merah ini masih bisa membayar klaim dengan menggunakan uang nasabah yang baru mendaftar.
“Harusnya bayar klaim menggunakan hasil investasi, bukan dari pelanggan baru. Kalau pakai uang nasabah yang baru daftar kan jadi gali lubang tutup lubang,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan bahwa persoalan keuangan yang dialami PT Jiwasraya sudah terjadi lebih dari 10 tahun dan menurutnya, permasalahan ini tidak ringan.
“Ini persoalan yang sudah lama sekali, mungkin 10 tahun yang lalu. Dalam 3 tahun ini sebetulnya kita sudah tahu dan ingin menyelesaikan masalah ini tapi ini bukan masalah yang ringan,” kata Presiden Jokowi dalam diskusi dengan wartawan di Balikpapan, Rabu (18/12).
“Tapi setelah pelantikan kemarin, Pak Menteri BUMN kemarin sudah rapat di Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan. yang jelas gambaran solusinya sudah ada, kita tengah mencari solusi itu, sudah tapi ada masih dalam proses semuanya,” tambah Presiden.
Presiden menambahkan bahwa berdasarkan hasil koordinasi antara Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN, gambaran solusi untuk PT Jiwasraya sudah ada namun masih dalam proses. Namun, bila masalahnya masuk kategori hukum, maka penegak hukum yang akan menyelesaikannya.
“Jika berkaitan dengan hukum ya ranahnya memang sudah masuk ke kriminal sudah masuk ke ranah hukum dan alternatif penyelesaian itu memang masih dalam proses. Kita harapkan nanti segera selesai,” ungkap Presiden.