Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 7,56 miliar dolar AS pada April 2022, yang sekaligus menjadi surplus RI ke-24 kali berturut-turut.
“Jadi, surplus kita cukup tinggi dan ini beruntun selama 24 bulan. Komoditas nonmigas penyumbang surplus terbesar itu berasal dari lemak dan minyak hewan atau nabati kemudian bahan bakar mineral,” kata Kepala BPS Margo Yuwono.
Dikatakan negara penyumbang surplus terbesar pada April 2022 yakni Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina.
Neraca perdagangan Indonesia dengan AS mengalami surplus 1,6 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang surplus utamanya berasal dari pakaian dan aksesorinya atau rajutan, diikuti alas kaki.
Ia juga mengatakan bahwa Indonesia juga mengalami defisit neraca dagang dengan sejumlah negara yang terbesarnya dengan Argentina, Australia, dan Thailand.
Dengan Argentina, neraca perdagangan RI mengalami defisit 320,2 juta dolar AS, di mana penyebabnya karena Indonesia mengimpor serealia, serta ampas dan sisa industri makanan.
Sedangkan dengan Australia, Indonesia mengalami defisit 283,5 juta dolar AS, di mana penyebab utamanya yakni RI mengimpor bahan bakar mineral dan serealia.
Terakhir defisit neraca perdagangan terbesar ketiga RI adalah dengan Thailand, yakni sebesar 217,9 juta dolar AS, dengan penyebab utamanya impor plastik dan barang dari plastik, serta gula dan kembang gula.
Dengan demikian, secara kumulatif, neraca perdagangan RI pada Januari-April 2022, Indonesia mengalami surplus 16,89 miliar dolar AS.