ASPEK.ID, JAKARTA – Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut bahwa pelaksanaan program B30 di awal tahun 2020, bisa menyerap sebanyak 1,2 juta tenaga kerja.
Program tersebut dikatakannya akan meningkatkan produksi kilang-kilang B30 dan hal itu otomatis membuat kegiatan di perkebunan sawit akan bertambah.
“Penyerapan tenaga kerja khususnya penyerapan di kebun-kebun, karena semuanya (kilang) kemudian bisa berproduksi, sehingga tahun ini kami targetkan menyerap tenaga kerja 1,2 juta orang,” kata Nicke dilansir laman CNN saat rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (29/1).
Selain meningkatkan penyerapan tenaga kerja, Pertamina juga menargetkan pelaksanaan Program B30 bisa mengurangi impor minyak.
B30 merupakan program pencampuran minyak sawit mentah (Crude Palm Oils/CPO) sebanyak 30 persen ke Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar.
Program tersebut dijalankan pemerintah salah satunya untuk menekan impor minyak. Sebab, impor minyak menjadi kontributor utama dalam pembengkakan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.
“Sejak Maret 2019 sudah tidak impor solar lagi. Jadi ini gabungan antara peningkatan produksi di kilang ,dan penurunan penggunaan solar karena adanya B30,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengemukakan sejumlah alasan kenapa Indonesia harus mempercepat pelaksanaan implementasi Program Biodiesel, hingga Program B100.
“Bagi saya tidak cukup hanya sampai ke B30, tadi saya sudah perintah lagi kepada para menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk nanti tahun depan ke B40 dan awal tahun 2021 juga masuk ke B50,” kata Presiden Jokowi dsaat peresmian implementasi Program B30 di SPBU Pertamina di Jalan MT Haryono Jakarta, Senin (23/12).
Dikatakan Jokowi, setidaknya ada tiga alasan percepatan Program Biodiesel. Yang pertama, Indonesia berusaha mencari sumber sumber energi baru terbarukan dan harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang suatu saat pasti akan habis.
Kemudian yang kedua, ketergantungan Indonesia kepada BBM impor, termasuk di dalamnya solar cukup tinggi, sementara di sisi lain Indonesia adalah negara penghasil sawit terbesar di dunia.
“Dengan potensi sawit sebesar itu kita punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar,” katanya.
Menurut Presiden, potensi itu harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Usaha usaha untuk mengurangi impor BBM, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius.
“Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini akan menghemat devisa kurang lebih Rp 63 trilun, jumlah yang besar sekali,” katanya.
Ketiga, lanjut Jokowi, penerapan B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar. Selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani dan pekebun kelapa sawit Indonesia.
Artinya Program B30 akan berdampak kepada para pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit.
Menurut Jokowi, setelah program tersebut jalan, Indonesia tidak akan mudah ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama melalui kampanye negatif yang dilakukan beberapa negara terhadap ekspor CPO karena pasar dalam negeri yang sangat besar.