Tren pariwisata di pascapandemi yang menitikberatkan pada kualitas daripada kuantitas mendorong pengelola destinasi wisata untuk beradaptasi dan menampilkan produk setra atraksi yang aman, nyaman dan menarik.
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) selaku pengelola destinasi wisata cagar budaya menerapkan pariwisata yang kualitas sebagai bentuk adaptasi di saat pandemi.
Hal ini dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang tersertifikasi CHSE, pelatihan dan implementasi Food Safety bagi pengelola resto yang bekerjasama dengan Association of Culinary Professionals (ACP) Indonesia dan i-Clean.
“Semua aktivitas atau atraksi wisata tentu tidak lagi sama. Punya rambu yang ketat dari sisi prokes. Kita bicara kualitas. Bukan banyaknya yang datang, tapi yang hadir nyaman dan aman di sini. Sampai pada sebuah keseimbangan, berapa kapasitas yang paling nyaman. Kita berproses dan terus belajar,” terang Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT TWC Hetty Herawati, Jumat (24/12/2021).
PT TWC juga berkomitmen untuk mengembangkan konten edukasi berbasis storytelling serta berorientasi pada costumer experience.
“Kami ingin wisatawan bisa ikut mengalami dan menyatu dalam experience di kawasan, sehingga mereka dapat ilmu juga, dapat inspirasi. Ini mengarah ke value, kita melihat orang yang datang, satu mereka puas dan mereka gembira. Jika bicara spending, mereka akan mengeluarkan lebih banyak tentunya,” lanjutnya.
Hetty Herawati mengatakan, setidaknya ada tiga program yang akan digarap di Candi Prambanan pada tahun depan dan telah diuji coba pada 2021.
“Tiga atraksi di Candi Prambanan itu adalah ekspedisi malam, eksplorasi sepeda, dan arkeolog junior,” kata Hetty.
Hetty mengatakan, tiga prgram itu merupakan jenis atraksi naratif atau eksperensial yang mengajak wisatawan melihat Candi Prambanan dengan lebih dalam. Mereka tak sekadar melihat-lihat, berfoto, lalu pulang, melainkan juga mengalami sensasi berbeda dalam wisata.
Dalam program ekspedisi malam misalkan, wisatawan akan menjelajahi sudut-sudut Candi Prambanan pada malam hari. Wisatawan dipandu untuk belajar dan berdialog tentang kehidupan dan aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar Candi Prambanan melalui relief.
“Kami sudah beberapa kali uji coba ekspedisi malam,” kata Hetty.
Pengelola masih mematangkan program tersebut dengan melibatkan para pakar, khususnya dari balai arkeologi dan cagar budaya.
Atraksi kedua yakni eksplorasi sepeda mengajak wisatawan berkeliling menyambangi kehidupan masyarakat dan artefak-artefak di sekitar candi. Ada satu-dua titik yang akan menjadi bahan diskusi bersama pemandu wisata.
Sementara atraksi ketiga adalah arkeolog junior. Dalam program ini, pengelola Candi Borobudur menyasar siswa pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama. Pemandu wisata akan membimbing mereka saat menjelajahi lebih dalam makna dari relief di Candi Prambanan.
“Semua program ini berorientasi pada kualitas, bukan kuantitas,” kata Hetty. “Jadi, bukan banyak-banyakan wisatawan, melainkan kami ingin pengunjung mendapatkan nilai lebih, pengalaman berharga saat datang ke Candi Prambanan,” tutupnya.