ASPEK.ID, JAKARTA – Pusat perbelanjaan yang juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang ritel, PT Sarinah (Persero), memasang target pertumbuhan yang cukup ambisius di tahun 2020.
“Sarinah optimistis dengan target pertumbuhan di atas 20 persen dari realisasi 2019 di 2020 ini,” kata Direktur Ritel Sarinah Lies Permana Lestari seperti dilansir laman Tempo, Kamis (2/1/2020).
Untuk mendorong pertumbuhan penjualan, manajemen Sarinah telah ancang-ancang dengan sejumlah strategi. Pertama, kata Lies, Sarinah akan dikembangkan sebagai pusat edutainment, kebudayaan dan sentra kuliner Nusantara.
Lies menjelaskan upaya ini sejalan dengan permintaan Erick Thohir untuk menjadikan Sarinah sebagai mal pusat produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Kedua, Sarinah akan disulap dengan sentuhan teknologi melalui virtual reality & augmented reality. Cara ini digeber untuk memberikan pengalaman belanja yang berbeda sekaligus menarik perhatian milenial.
“Selanjutnya, Sarinah bakal meningkatkan customer engangement melalui teknologi customer face recognition dan melakukan pengembangan customer relationship management. Ini untuk meningkatkan loyalitas customer terhadap Sarinah,” ujar Lies.
Kemudian keempat, Sarinah hendak dipoles menjadi hub bagi perdagangan UMKM, baik untuk pasar domestik maupun global. Kemudian kelima, pusat perbelanjaan yang dibangun era Presiden Soekarno ini direncanakan bakal meningkatkan kolaborasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga serta mitra-mitra binaan.
“Sarinah juga akan meningkatkan fungsinya sebagai kurator, agregator, dan integrator produk lokal serta mengembangkan ekosistem pemasaran produk-produk unggulan UMKM Indonesia,” jelas Lies.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada Kamis (5/12) lalu datang menjumpai langsung Menteri BUMN Erick Thohir untuk membahas pengembangan pusat perbelanjaan Sarinah sebagai showroom usaha mikro kecil menengah (UMKM).
“Kami melakukan koordinasi karena ada sinergi BUMN dengan program-program kami, terutama menyangkut pengelolaan Sarinah. Kami membicarakan bagaimana Sarinah bisa menjadi showroom bagi semua produk UMKM Indonesia,” kata Teten.
Terkait konsepnya apakah ritel atau bebas cukai (duty free), Teten menyebut hal itu masih dalam kajian dan masih dalam pembahasan serta konsep bisnis Sarinah akan diubah.
Sarinah disebut akan menjadi sentra dan memudahkan pelancong mencari barang-barang UMKM karena kata Teten, pihaknya punya prioritas dari segi bisnis untuk mempromosikan produk UMKM dan Sarinah akan jadi center buat produk UMKM.
Profil Sarinah
Sarinah sendiri resmi didirikan pada 17 Agustus 1962 dengan nama PT Department Store Indonesia, dan resmi membuka pintunya serta melayani masyarakat pada 15 Agustus 1966.
Sebagai BUMN, Sarinah bertujuan untuk mewadahi kegiatan perdagangan ritel dan menjadi roda penggerak ekonomi Indonesia. Sepanjang keberadaannya, komitmen Sarinah tetap melekat pada kecintaan terhadap barang-barang produk dalam negeri dan dukungan terhadap usaha kecil.
Sarinah mewujudkan komitmen terhadap misi mendukung dan mendorong pembangunan ekonomi Indonesia melalui berbagai upaya untuk mempromosikan produk kerajinan lokal seperti batik. Pada 10 April 1979, Sarinah secara resmi berganti nama menjadi PT Sarinah (Persero).