ASPEK.ID, JAKARTA – Para menteri yang kini menduduki posisi di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mungkin saat ini sedang merasa was-was.
Betapa tidak, nama-nama yang akan mengisi posisi menteri di kabinet kerja Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amin yang rencananya akan dilantik pada 20 Oktoiber mendatang, mulai bersileweran sejak beberapa bulan terakhir.
Pasangan yang berhasil memenangi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada April 2019 lalu itu dipastikan akan merombak kabinet kerja yang akan membantu pemerintahan untuk periode 2019 hingga 2024 mendatang.
Pada Senin (9/9/2019) kemarin, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan tiba-tiba menyampaikan pesan yang mengindikasikan sinyal berpamitan saat memberikan sambutan di ruang rapat Badan Anggaran DPR RI.
Baca Juga: Menko Luhut Beri Sinyal Pamit
“Ini pertemuan terakhir kita. Bapak ibu menjadi mitra kerja kami, saya minta maaf kalau ada.. Bapak ibu saya kira ada yang masih terus tapi ada yang tidak. Di kami juga gitu. Silaturahmi harap dipelihara,” kata Luhut.
Dalam kesempatan itu, Luhut memang tak menjelaskan secara rinci apa maksud dari ucapannya. Namun, memang secara konteks terkini, jelang pergantian kabinet pada bulan depan dan pergantian DPR, perkataan Luhut memang sangat relevan.
Sinyal Pamit Menteri Susi
Sinyal berpamitan juga datang dari Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP. Sang nahkoda, Susi Pudjiastuti juga mengindikasikan berpamitan saat pemaparan kinerja KKP di ruang rapatnya di Jakarta, Senin (9/9/2019).
“Kalau saya tidak jadi menteri, rumah saya di Pangandaran. Silahkan ke Pangandaran. Tanya sopir bus, tanya tukang becak, tahu mana rumahnya saya,” kata Susi.
Tak ayal, komentar tersebut lantas memunculkan spekulasi kalau sosok menteri yang terkenal tegas melawan penjahat laut itu tidak akan kembali menduduki posisi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Jika sampai terjadi alias tak dipilih lagi, tentu amat disayangkan mengingat di bawah kepemimpinan Susi, KKP menjelma menjadi kementerian yang dikenal hingga ke dunia internasional karena keberanian melawan ilegal fishing di perairan Indonesia.
Baca Juga: Mengenal 4 Sosok Calon Menteri BUMN
Di bawah kepemimpinan Susi, KKP juga menjadi satu-satunya kementerian yang menurunkan anggaran sebesar Rp 3 triliun, dari Rp 9 triliun (tahun anggaran 2018), menjadi Rp 6 triliun (tahun anggaran 2019).
Selain itu, Susi juga mengucapkan terima kasih kepada awak media maupun staf Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selama ini membantu dan mendukung kinerjanya. Susi mengatakan, tugasnya selama 4,5 tahun menjadi menteri merupakan perjalanan yang panjang, juga terasa singkat.
Profil Susi
Dr. (H.C.) Susi Pudjiastuti lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965. Ia juga seorang pengusaha, pemilik dan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat.
Hingga awal tahun 2012, Susi Air mengoperasikan 50 pesawat dengan berbagai tipe seperti 32 Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-6 Porter dan 3 Piaggio P180 Avanti. Susi Air mempekerjakan 185 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing.
Baca Juga: 5 Nama yang Berpotensi Jadi Menko Perekonomian
Tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp300 miliar dan melayani 200 penerbangan perintis. Saat ia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, ia dikenal akan kebijakannya yang tegas terhadap penangkapan ikan ilegal, mengacu kepada hukuman penenggelaman kapal-kapal asing ilegal di perairan Indonesia.
Upaya ini pada akhirnya membuahkan hasil; penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa kebijakan agresif Susi terhadap penangkapan ikan ilegal telah mengurangi upaya tangkap sebesar 25% dan berpotensi menambah jumlah tangkapan sebesar 14% dan keuntungan sebesar 12% bagi Indonesia.
Susi Pudjiastuti didapuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, Susi melepas semua posisinya di perusahaan untuk menghindari konflik kepentingan dan agar dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan.
Saat pelantikan, Susi menuai kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok dan memiliki tato, sesuatu yang tidak lazim dimiliki oleh menteri Indonesia. Atas tindakannya ini, Susi mendapatkan baik pujian dan kritikan di media sosial.