ASPEK.ID, JAKARTA – Hingga Selasa (11/2), jumlah orang yang meninggal karena terinfeksi virus Corona tercatat mencapai 1.013 orang. Sebagian besarnya, 974 orang, berasal dari daerah yang menjadi pusat virus tersebut di Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Sementara itu, jumlah pasien terinfeksi 2019-nCov dalam skala global telah mencapai 42.500 kasus dimana 25.000 diantaranya adalah penduduk di Hubei, China.
Angka kematian ini telah melebihi korban meninggal akibat virus SARS yang juga mewabah pada tahun 2003. Saat itu, SARS menewaskan 774 orang di seluruh dunia.
Hingga saat ini, Indonesia disinyalir masih bebas dari virus Corona. Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan pengawasan dan deteksi virus corona.
WHO sebagaimana dilansir laman DW mengatakan bahwa Indonesia perlu meningkatkan persiapan menghadapi virus corona karena negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand telah mendeteksinya.
Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta orang, Indonesia sama sekali belum melaporkan satu kasus pun terkait virus corona.
Media Australia The Sydney Morning Herald pada Jum’at (7/2), menyebutkan Indonesia belum mempunyai alat tes khusus yang diperlukan untuk mendeteksi kasus positif virus corona dengan cepat.
Indonesia disebut menggunakan ala tes pan-coronavirus yang bisa mengidentifikasi semua jenis virus dari keluarga corona, termasuk flu biasa, SARS dan MERS. Alat itu memerlukan waktu hingga 5 hari untuk memastikan apakah seseorang benar-benar positif atau tidak.
Namun, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa Indonesia memiliki dua alat pendeteksi virus corona.
“Segera setelah Sydney Morning Herald mempublikasikan itu, hari itu juga sebetulnya kita sudah punya sistem yang direkomendasikan oleh WHO yang one step saja dengan primer yang spefisik untuk virus corona wuhan,” ujar Amin.
Dua alat pendeteksi virus corona yang dimiliki Indonesia yaitu Polymerase Chain Reaction atau PCR dan sequencing. PCR berfungsi untuk melihat apakah keluarga dari virus corona terdapat dalam tubuh pasien, sementara sequencing untuk menentukan jenis virus corona, apakah misalnya SARS, MERS atau virus corona jenis baru dari Wuhan.
Indonesia yang masih bebas dari virus corona juga membuat sejumlah ahli khawatir. Misalnya saja hasil penelitian ahli epidemiologi, Marc Lipsitch, dari Harvard TH Chan School of Public Health menyebutkan bahwa Indonesia melaporkan nol kasus terkait virus corona namun bisa saja sebenarnya sudah ada beberapa kasus yang tidak terdeteksi.
Lipsitch mengatakan sistem kesehatan di Indonesia dan Thailand mungkin tidak dapat mendeteksi virus corona asal Wuhan. Ia menyebut hal itu dapat menciptakan masalah lebih besar.
Sedangkan Kepala Badan Litbang Kesehatan (Balitbankes) Kementerian Kesehatan, dr. Siswanto mengatakan bahwa, penelitian yang dilakukan oleh Harvard hanya berdasarkan kalkulasi matematis dan belum bisa dipastikan kebenarannya.
”Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita harus bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard), hanya prediksi saja,” kata Siswanto dilansir dari laman Kompas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (10/2).