ASPEK. ID, JAKARTA – mengatakan PT Sriwijaya Air Group saat ini memiliki utang kepada PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk sebesar US$52,51 juta per 30 Juni 2019.
Jumlah tersebut merujuk pada laporan keuangan perseroan semester I/2019 yang telah disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia. Direktur Keuangan Garuda Maintenance Facility AeroAsia Edward Okky menolak untuk memberikan detail masa jatuh tempo penagihan utang kepada Sriwijaya.
Baca Juga: “Bersih-bersih” Orang Garuda, Citilink Panggil Sriwijaya
“Saya tidak bisa disclose, ada aturan kerahasiaan informasi,” paparnya disalin dari bisnis, Kamis (26/9/2019).
Sementara itu Corporate Secretary Garuda Maintenance Facility AeroAsia Maryati menolak menanggapi kabar tentang penagihan dan penolakan permohonan penundaan pembayaran utang Sriwijaya.
“Hal tersebut mengenai B to B dengan customer, tidak etis kalau kami sampaikan ke pihak lain,” ungkapnya.
Baca Juga: Logo Garuda Indonesia di Sriwijaya Air Dicabut
Garuda Indonesia Group, melalui anak perusahaannya Citilink Indonesia, mengambil langkah strategis dengan cara mengambil-alih pengelolaan operasional Sriwijaya Air dan NAM Air.
Keputusan itu diambil karena Sriwijaya Air memiliki beban tanggungan ke beberapa BUMN di antaranya PT Pertamina sebesar Rp 942 M, PT GMF AeroAsia Tbk senilai Rp 810 M dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Rp 585 M.
Baca Juga: GMFI dan Pertamina Tagih Utang Sriwijaya, Efek Perombakan Direksi?
Sriwijaya Air juga memiliki utang spare parts senilai US$ 15 juta, dan kepada PT Angkasa Pura II senilai Rp 80 M, serta PT Angkasa Pura I sebesar Rp 50 M.
Sebelumnya, hubungan Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air memanas saat Dewan Komisaris Sriwijaya Air memutuskan untuk melakukan perombakan di jajaran direksi.