Ketegangan antara Iran dan Israel yang kian memanas, membuat ekonomi global semakin terpuruk. Hal itu berdampak pula pada pertumbuhan global yang ikut terganggu, tak terkecuali di Indonesia.
Terpantau, nilai tukar rupiah terpukul hingga menyentuh angka Rp 16.222 per dolar AS pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) per 26 April 2024.
Menanggapi isu tersebut, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima pun mengatakan bahwa perlu ada langkah antisipatif untuk menahan efek domino konflik Iran dan Israel. Sehingga, Pemerintah harus cermat menerapkan strategi, salah satunya yaitu melalui diplomasi perdagangan.
“Bicara persoalan krisis ini tidak temporer (atau) jangka pendek, tapi harus dilakukan langkah-langkah opsional. Seperti halnya membuat strategi pemasaran dengan produk ekspor kita, begitu juga mengamankan hal-hal yang terkait dengan masalah energi dan pangan,” jelas Aria Bima usai memimpin Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI ke Kabupaten Gianyar, Bali, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, imbauan Pemerintah agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membeli dolar demi mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah dinilai sebagai strategi bersifat sementara. Karena itu, ia menegaskan Pemerintah seharusnya menyusun cara yang lebih matang dan berjangka panjang salah satunya dengan penguatan ekspor.
“Di situlah peran BUMN harus menjadi lebih penting. Harus bisa berperan lebih untuk bisa menopang dan menunjang sektor fundamental. BUMN harus memerankannya untuk kepentingan bangsa,” tegas politisi Fraksi Partai Indonesia erjuangan (F-PDIP) itu.