ASPEK.ID, JAKARTA – Di tengah pandemi Covid-19, PT Adaro Energy Tbk tetap membukukan laba dengan menerapkan sejumlah strategi efisiensi di segala lini.
Adaro adalah perusahaan pertambangan batu bara terpadu yang berbasis di Indonesia. Adaro dan anak perusahaannya bergerak dalam bidang pertambangan batubara, perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur, logistik batubara dan kegiatan pembangkit tenaga listrik.
Perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Adaro Strategic Investments (43.91%) dan Garibaldi Thohir (6.18%) ini mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005.
Produsen batu bara dengan kode emiten ADRO tersebut berhasil membukukan laba sebesar 326 juta dolar Amerika Serikat (AS) pada Kuartal III Tahun 2020.
Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir mengatakan bahwa laba yang berhasil dicapai turun sebesar 36 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Disebutkan juga, penurunan laba ini juga diiringin penurunan permintaan karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
“Kondisi pasar batu bara yang sulit akibat ekonomi global yang masih belum kondusif karena pandemi yang berkepanjangan terus menekan profitabilitas perusahaan. Meski ketidakpastian masih ada, model bisnis kami yang terintegrasi memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan efisien dalam menghadapi tantangan ini,” ujar Garibaldi, Selasa (3/11).
Pada sembilan bulan pertama ini, perusahaan membukukan pendapatan sebesar 1,9 miliar dolar AS, turun 26 persen dibandingkan periode tahun lalu.
Adaro mengalami penurunan volume penjualan sebesar 9 persen. Pada periode ini, produksi dan penjualan batu bara masing-masing mencapai 41,10 juta ton dan 40,76 juta ton, setara dengan penurunan 7 persen dan 9 persen.
Setoran royalti Adaro kepada pemerintah juga turut merosot sebesar 27 persen. Pada sembilan bulan pertama tahun ini, Adaro menyetorkan royalti kepada pemerintah sebesar 207 juta dolar AS.