Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bicara soal tuduhan tukang utang. Hal itu terpaksa dilakukan untuk melindungi masyarakat, ekonomi dan sosial di tengah penerimaan negara yang sedang drop karena pandemi Covid-19.
“Kita masih bisa berutang tapi ini untuk menyelamatkan masyarakat, ekonomi dan sosial,” kata Sri Mulyani menjawab pertanyaan Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung (CT) dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).
Dikutip dari detik, pertanyaan CT tersebut mengacu kepada banyak pihak yang selalu meributkan persoalan utang Indonesia. Tidak sedikit yang menyebut bendahara negara tersebut tukang utang.
Padahal lonjakan utang seiring dengan tingginya kebutuhan belanja sebagai stimulus untuk masyarakat khususnya menengah ke bawah. Sementara penerimaan pajak anjlok akibat berhentinya aktivitas ekonomi nasional.
“Makanya kita mengatakan defisit kita bisa di atas 3%, tadinya tidak boleh di atas 3% dan ini masih di bawah 60% total dari utang negara yang diperbolehkan dalam undang-undang,” tuturnya.
Disebutkan utang Indonesia lebih rendah dibanding negara lain. Bahkan, tak ada yang lebih rendah dari utang Indonesia di antara negara anggota G20.
Di dunia ini G20 nggak ada yang utangnya di bawah RI. Mungkin ada Saudi Arabia, namun negara emerging India, Prancis, Inggris, Jerman itu semua sudah di atas 60% bahkan 100%.
Rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat hingga 41%. Sri Mulyani menegaskan bahwa peningkatan utang itu untuk membiayai peningkatan pandemi Covid-19 di tengah penerimaan negara yang jatuh 18%.
“Kita menggunakan space itu untuk tujuan tadi, yang diancam dalam shock ini rakyat makanya kita gunakan untuk kesehatan itu naik luar biasa tinggi dari 2020 ke 2021. Kita lihat bahkan TNI/Polri, pemerintah daerah, pemerintah pusat semua rumah sakit diupgrade,” jelasnya.