Dalam suatu kisah, Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu bertemu seseorang di jalan, dan bertanya kepadanya;
“Kenapa perutmu besar seperti ini (buncit)?“ tanya Umar bin Khattab.
“Ini karunia dari Allah,” jawab orang tersebut.
“Ini bukan berkah, tapi azab dari Allah!”, seru Umar.
Umar melanjutkan:
“Hai sekalian manusia, hai sekalian manusia. Hindari perut yang besar. Karena membuat kalian malas menunaikan shalat, merusak organ tubuh, menimbulkan banyak penyakit. Makanlah kalian secukupnya. Agar kalian semangat menunaikan shalat, terhindar dari sifat boros, dan lebih giat beribadah kepada Allah.”
Umar mengajak kepada kaum Muslimin untuk memperhatikan bentuk tubuh agar terhindar dari kegemukan. Karena gemuk dapat mendatangkan sifat malas dalam beribadah, bekerja, serta mendatangkan berbagai penyakit.
Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan dari segala sisi, termasuk bentuk tubuh. Rasulullah SAW tidak pernah sakit, kecuali hanya 2 kali dalam hidupnya. Bentuk tubuhnya sangat ideal, dada dan perutnya datar, tidak besar dan buncit perutnya.
Dari Al-Hasan, dari Hindi, berkata,
“Rasulullah itu berdada lebar. Antara perut dan dada berukuran sama.” (HR. Ath-Thabarani dan Az-Zabidi)
Dari Ummu Hani,
“Saya tidak melihat bentuk perut Rasulullah kecuali saya ingat lipatan kertas-kertas yang digulung antara satu dengan yang lain.” (HR. Ath-Thabarani)
Dalam riwayat lain: “perutnya bagai batu-batu yang bersusun”. Istilah “batu-batu yang tersusun” kalau pengertian kita sekarang adalah sispek dan atletis. Jelas dalam riwayat tersebut diketahui bahwa perut Rasulullah SAW pun tidak buncit.
Anda yang buncit, gemuk namun bukan karena banyak makan dan bermalas-malasan. Tentu tidak termasuk gemuk yang tercela. Tetap menjadi kebaikan, pahlawan bagi umat, dan berusaha melakukan aktivitas yang bermanfaat. Sebagai bentuk kesyukuran karena diberikan badan yang kuat serta sehat.
Apakah Nabi pernah gemuk? Ya Karena faktor usia, Rasulullah SAW gemuk dan badannya mulai berdaging. Gemuknya Rasulullah SAW sama sekali tidak menjauhkannya dari amalan ibadah, baik wajib maupun Sunnah. Rasulullah SAW menyesuaikan ibadah sunnahnya sesuai dengan kemampuannya. Yang biasa melaksanakan Shalat Witir 9 rakaat sambil berdiri, menjadi 7 rakaat dengan berdiri dan sisanya 2 rakaat dengan duduk. Jumlah rakaatnya tetap, namun 2 rakaat terakhir beliau SAW lakukan dengan cara duduk.
Jika kegemukan karena tidak banyak makan dan tidak bermalas-malasan, maka kegemukan seperti itu tidaklah termasuk gemuk yang tercela. Dinilai negatif adalah sifat berlebihan dalam makan, sifat malas dalam beribadah dan beraktifitas. Adapun bentuk fisik manusia, Allah tidak melihatnya selain prestasi ibadah dan nilai taqwa dari seiap hamba.
Islam tidak melihat fisik dan bentuk tubuh seseorang. Apakah anda orang yang tampan atau cantik, demikian juga apakah tubuh anda tinggi semampai, atau pendek. Karena yang Allah SWT lihat adalah ketaqwaannya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah Hadits; Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)