Jakarta – Awak kabin saling berpegangan tangan ketika lepas landas dan mendarat atau darurat. Kebiasaan ini sangat berguna bagi pramugari maupun pramugara.
Mengutip laman New York Post, Rabu, 28 Februari 2024, salah satu alasan utama di balik tindakan awak kabin yang duduk bergandengan tangan adalah untuk memberikan dukungan emosional satu sama lain. Ini dibutuhkan pada situasi yang memerlukan ketenangan dan kestabilan emosional, terutama dalam kondisi darurat atau ketika penumpang mengalami kecemasan.
Kehadiran pramugari atau pramugara di dalam pesawat membawa tanggung jawab besar. Untuk itu mereka pun saling menguatkan dan memberi dukungan.
Tindakan ini mungkin tampak sepele, tetapi baru-baru ini, alasan di balik tindakan tersebut terungkap. Seorang pramugari maskapai penerbangan Cebu Pacific di Filipina, Henny Lim, dalam unggahan video demo di TikTok, Sabtu, 18 Mei 2024, menyebutkan bahwa “Ini disebut ‘bracing position’ (posisi menguatkan),” ungkapnya.
Dalam situasi seperti itu, menyentuh atau bergandengan tangan dengan sesama awak kabin dapat memberikan rasa keamanan dan dukungan yang sangat dibutuhkan. Namun, tidak semua situasi yang memicu tindakan ini bersifat darurat.
Dalam video yang diunggahnya, Lim juga menjelaskan alasan-alasan lain di balik tindakan tersebut yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya mengenai manfaatnya. Dalam video Tiktoknya, Lim dan rekan kerjanya juga mendemonstrasikan postur khusus tersebut.
Mereka terlihat mengikat diri mereka di kursi menggunakan sabuk pengaman. Mereka lalu menyelipkan tangan di bawah undercarriage, dan terlihat duduk dengan postur tubuh tegak.
“Posisi ini melibatkan mengencangkan sabuk pengaman (Anda) dengan kuat, (duduk) tegak, (duduk) dengan tangan (Anda), telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari (diselipkan) dan lengan longgar dan (menempatkan) kaki Anda rata di lantai,” jelasnya dalam video demonstrasi tersebut.
Dia juga menjelaskan bahwa tujuan melakukan tersebut bukan hanya untuk dilakukan saat terjadi keadaan darurat saja. Tapi mereka juga untuk menjaga tubuh, agar ketika ada guncangan terjadi secara tidak terduga, tubuh akan tetap stabil dan dampak yang terjadi pada tubuh juga akan berkurang.
“Tujuannya adalah untuk menjaga tubuh dalam posisi kaku sehingga jika terjadi dampak darurat yang tidak direncanakan, kerusakan pada tubuh akan berkurang,” katanya dikutip dari liputan6.com.
“Hal ini membuat pergerakan tubuh tetap terbatas sehingga kecil kemungkinan terjadinya cedera jika terjadi benturan,” ujarnya seraya menambahkan bahwa awak kabin tidak hanya berpangku tangan di tengah kekacauan di udara.