Menkeu Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 menyentuh rentang 2,16 hingga 2,64 persen.
“Dan untuk tahun depan awal kami akan perkirakan defisit semakin menurun pada level 2,16-2,64 persen dari PDB dengan primary balance mendekati 0,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Rapat Terbatas yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (20/2/2023).
Dalam upaya mencapai target tersebut, pemerintah akan terus fokus pada pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian Indonesia. Besaran anggaran infrastruktur dalam APBN 2023 sebesar Rp392,1 triliun, yang menjadi anggaran ketiga terbesar setelah anggaran pendidikan dan anggaran bantuan sosial.
Adapun, anggaran tersebut lebih besar dari 2022 yang hanya di angka Rp365,8 triliun. Artinya anggaran infrastruktur pada 2023 naik 7,1 persen.
“Dengan landasan itu maka pada tahun depan anggaran akan dijaga, di satu sisi pendapatan negara akan tetap tumbuh dengan tax ratio yang terus meningkat, dan belanja negara yang akan dijaga secara disiplin namun dengan prioritas agenda nasional,” jelasnya.
Pemerintah terus menciptakan ekosistem investasi untuk menarik investor melalui pemberian berbagai insentif perpajakan, seperti tax holiday dan tax deduction untuk mendukung program vokasi. Selain itu, juga insentif dalam bentuk tax allowance dalam rangka mendukung berbagai tranformasi industri.
“Terutama yang berbasis sumber daya alam dan untuk mendukung transformasi industri otomotif yang berbasiskan elektronik, elektrik, dan baterai,” katanya.
Sementara itu pada 2022, Indonesia telah berhasil menurunkan defisit di bawah 3 persen, sehingga pada 2023 menjadi tahun konsolidasi fiskal bagi Indonesia. Dengan demikian, Kemenkeu mematok defisit APBN 2023 di level 2,84 persen.
Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Utomo mengungkapkan kinerja pemerintah dalam menekan defisit hingga di bawah target dalam tiga tahun terakhir relatif berhasil.
“Intinya pemerintah selalu berhasil antara target dan realisasinya akan selalu lebih rendah. Pada 2023 kami patok 2,84 [persen], insyaAllah defisit akan lebih rendah,” ungkapnya dalam Diskusi Publik Indef: Urgensi Reformasi Subsidi Energi secara daring, Selasa (14/2/2023) disadur dari bisnis.