Jakarta – Survei Jobstreet by SEEK menunjukkan 68 persen pekerja di Indonesia percaya pekerjaan dan tugas mereka akan terdampak generative artificial intelligence (Gen AI). 22 persen percaya pekerjaan mereka tak akan terpengaruh dan 10 persen sisanya percaya pekerjaan mereka akan hilang.
“Memang ada pekerjaan-pekerjaan yang hilang, tetapi ada pekerjaan-pekerjaan baru yang terbuka,” ucap Country Head of Marketing Jobstreet by SEEK, Sawitri, Jakarta Selatan, Selasa, 29 Oktober 2024.
Survei ini dilaksanakan dengan menggandeng Boston Consulting Group (BCG), The Network, dan The Stepstone Group bertajuk “Decoding Global Talent”. Survei ini secara global mencakup lebih dari 180 negara dan melibatkan 150.735 responden. Di Indonesia, survei ini menjaring 19.154 tenaga kerja sebagai responden.
Survei ini mengungkap, penggunaan AI tak lagi terbatas pada lingkungan kerja, tapi juga kehidupan sehari-hari. Lebih dari separuh responden di Indonesia telah menggunakan GenAI sejak 2023. Sebesar 88 persen pekerja Indonesia telah mendengar tentang AI dan 38 persen telah memanfaatkan AI dalam rutinitas kerja.
Sawitri mengatakan, penggunaan AI paling masif di perusahaan-perusahaan yang menggunakan data. Ia mencontohkan, bank-bank menggunakan AI untuk meningkatkan layanan mereka, dari internet banking, mobile banking, hingga pengembangan aplikasi.
Perusahaan lain yang masif memanfaatkan AI adalah perusahaan-perusahaan Fast Moving Consumer Good (FMCG). Sawitri mengatakan, perusahaan ini memanfaatkan AI untuk berjualan di niaga-el atau e-commerce—atau membangun e-commerce mereka sendiri.
“Karena kalau enggak pakai AI, dia enggak menang,” ucap Sawitri dikutip dari tempo.co.
Pekerja yang saat ini akrab dengan AI paling banyak berasal dari usia 18–24 tahun, yakni 49 persen. Mereka disusul kelompok usia 25–34 tahun sebesar 39 persen, kelompok usia 35–44 tahun sebesar 32 persen, dan kelompok usia 48 ke atas sebesar 18 persen.
“Makin muda makin sering menggunakan AI. Anak muda cepat banget mengadopsi hal-hal yang baru,” ucap Sawitri.
Para pekerja di Indonesia menggunakan AI untuk berbagai keperluan, yakni studi dan riset sebesar 41 persen, mengerjakan tugas kreatif seperti menulis sebesar 41 persen, tugas administratif sebesar 37 persen.
Selain itu, 48 persen menggunakan GenAI untuk pengembangan keterampilan, 46 persen untuk mendapatkan pengetahuan umum, dan 36 persen untuk menerjemahkan bahasa
68% Percaya Pekerja di RI Bakal Terdampak AI, 10% Hilang Pekerjaan
Jakarta – Survei Jobstreet by SEEK menunjukkan 68 persen pekerja di Indonesia percaya pekerjaan dan tugas mereka akan terdampak generative artificial intelligence (Gen AI). 22 persen percaya pekerjaan mereka tak akan terpengaruh dan 10 persen sisanya percaya pekerjaan mereka akan hilang.
“Memang ada pekerjaan-pekerjaan yang hilang, tetapi ada pekerjaan-pekerjaan baru yang terbuka,” ucap Country Head of Marketing Jobstreet by SEEK, Sawitri, Jakarta Selatan, Selasa, 29 Oktober 2024.
Survei ini dilaksanakan dengan menggandeng Boston Consulting Group (BCG), The Network, dan The Stepstone Group bertajuk “Decoding Global Talent”. Survei ini secara global mencakup lebih dari 180 negara dan melibatkan 150.735 responden. Di Indonesia, survei ini menjaring 19.154 tenaga kerja sebagai responden.
Survei ini mengungkap, penggunaan AI tak lagi terbatas pada lingkungan kerja, tapi juga kehidupan sehari-hari. Lebih dari separuh responden di Indonesia telah menggunakan GenAI sejak 2023. Sebesar 88 persen pekerja Indonesia telah mendengar tentang AI dan 38 persen telah memanfaatkan AI dalam rutinitas kerja.
Sawitri mengatakan, penggunaan AI paling masif di perusahaan-perusahaan yang menggunakan data. Ia mencontohkan, bank-bank menggunakan AI untuk meningkatkan layanan mereka, dari internet banking, mobile banking, hingga pengembangan aplikasi.
Perusahaan lain yang masif memanfaatkan AI adalah perusahaan-perusahaan Fast Moving Consumer Good (FMCG). Sawitri mengatakan, perusahaan ini memanfaatkan AI untuk berjualan di niaga-el atau e-commerce—atau membangun e-commerce mereka sendiri.
“Karena kalau enggak pakai AI, dia enggak menang,” ucap Sawitri dikutip dari tempo.co.
Pekerja yang saat ini akrab dengan AI paling banyak berasal dari usia 18–24 tahun, yakni 49 persen. Mereka disusul kelompok usia 25–34 tahun sebesar 39 persen, kelompok usia 35–44 tahun sebesar 32 persen, dan kelompok usia 48 ke atas sebesar 18 persen.
“Makin muda makin sering menggunakan AI. Anak muda cepat banget mengadopsi hal-hal yang baru,” ucap Sawitri.
Para pekerja di Indonesia menggunakan AI untuk berbagai keperluan, yakni studi dan riset sebesar 41 persen, mengerjakan tugas kreatif seperti menulis sebesar 41 persen, tugas administratif sebesar 37 persen.
Selain itu, 48 persen menggunakan GenAI untuk pengembangan keterampilan, 46 persen untuk mendapatkan pengetahuan umum, dan 36 persen untuk menerjemahkan bahasa