Prediabetes adalah peningkatan kadar gula darah dari kadar normal tapi belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Menurut dokter spesialis ilmu penyakit dalam Rumah Sakit Siloam Karawaci, Jimmy Tandradynata, prediabetes berpotensi berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam kurang dari 10 tahun jika tidak ada penanganan medis.
“Kadar gula darah puasa pada orang sehat yaitu kurang dari 100 mg/dL. Orang dengan prediabetes memiliki kadar gula darah puasa (GDP) di antara 100-125 mg/dL (5,6-7,0 mmol/L),” tulis Jimmy dicuplik dari laman hellosehat.com, Selasa (11/7/2023).
Jimmy menjelaskan seseorang dikatakan memiliki diabetes apabila kadar gula darah puasanya mencapai 126 mg/dL (7.0 mmol/L) atau lebih. Studi medis berjudul Pathophysiology of Type-2 Diabetes melansir, faktor keturunan keluarga dan genetik diyakini berperan besar dalam menyebabkan prediabetes.
Selain itu, tubuh yang jarang bergerak serta penumpukan lemak di beberapa bagian tertentu dalam tubuh juga dapat meningkatkan risiko seseorang.
“Terlepas dari kondisi tersebut, prediabetes dipengaruhi oleh tubuh yang tidak mampu memproses glukosa secara normal. Akibatnya, glukosa menumpuk di aliran darah,” kata Jimmy disadur dari liputan6.
Glukosa semestinya menjadi sumber energi untuk sel-sel tubuh sehingga dapat menjalankan fungsi organ dengan baik. Dalam proses penyerapan glukosa dari darah menuju sel-sel tubuh diperlukan hormon insulin.
“Saat tubuh Anda menunjukkan gejala prediabetes, proses penyerapan glukosa dengan bantuan insulin ini mengalami masalah,” terang Jimmy.
Alih-alih menggunakan insulin, Jimmy menyebutkan sel-sel dalam tubuh malah tidak mengenali insulin sebagaimana mestinya.
Akibatnya, gula pun menumpuk di dalam darah. Kondisi di mana sel-sel tubuh tidak mampu merespons hormon insulin dengan baik ini dikenal juga dengan resistensi insulin.
Terdapat 10 faktor yang dapat meningkatkan risiko prediabetes yaitu:
1. Usia
Kasus kejadian prediabetes paling banyak ditemukan pada pasien berusia 40 tahun ke atas. Ini artinya, seiring bertambahnya usia, semakin meningkat pula risiko untuk memiliki kondisi ini.
2. Ras
Meskipun alasan pastinya belum diketahui, orang-orang dari golongan ras tertentu, seperti Afrika Amerika, Hispanik, Asia Amerika, dan Kepulauan Pasifik lebih rentan mengalami prediabetes.
3. Keturunan keluarga
Apabila memiliki anggota keluarga yang mengalami kondisi prediabetes atau diabetes tipe 2, seseorang memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kondisi yang sama di kemudian hari.
4. Berat badan dan lingkar pinggang
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas merupakan faktor risiko utama dari prediabetes. Semakin banyak jaringan lemak yang terdapat di tubuh seseorang, terutama di sekitar perut, semakin tinggi pula risiko seseorang untuk mengalami prediabetes.
Orang-orang dengan indeks massa tubuh yang melebihi 25 cenderung lebih rentan terkena diabetes. Itu artinya, risiko prediabetes juga tinggi.
Cara mudahnya, Anda juga bisa mengukur lingkar pinggang Anda dengan menggunakan tangan. Anda berisiko memiliki prediabetes ataupun diabetes jika lingkar pinggang Anda lebih dari 4 jengkal.
5. Pola makan
Sering mengonsumsi daging merah, daging olahan, dan minum minuman manis juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami prediabetes.
Ini terjadi karena makanan tersebut tinggi gula dan garam, sehingga bisa memengaruhi kinerja hormon insulin dalam mengatur gula darah.
6. Jarang Bergerak
Semakin jarang seseorang berolahraga atau aktif secara fisik, semakin besar pula peluang mengalami prediabetes. Aktivitas fisik dapat membantu seseorang mengontrol berat badan. Glukosa di dalam tubuh akan terpakai sebagai energi tubuh, serta sel-sel tubuh akan lebih peka dalam merespons insulin.
7. Stres
Apabila seseorang mengalami tekanan mental atau stres yang cukup berat, berisiko mengalami prediabetes. Selain meningkatkan risiko, stres juga dapat memicu masalah lain, seperti penyakit jantung.
8. Diabetes saat hamil (gestasional)
Diabetes gestasional umumnya dialami wanita saat memasuki masa kehamilan. Jika seorang wanita dan mengalami kondisi ini saat hamil, ibu dan bayi memiliki risiko mengalami prediabetes yang dapat berlanjut menjadi diabetes.
Jika bayi yang dilahirkan memiliki berat lebih dari 4,1 kilogram, kemungkinan untuk terkena prediabetes juga lebih besar.
9. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Sindrom ovarium polikistik atau PCOS ini ditandai dengan siklus menstruasi tidak beraturan, rambut tumbuh berlebihan, serta kenaikan berat badan.
Kondisi ini menyebabkan sesorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami prediabetes dan diabetes.
10. Gangguan tidur
Sleep apnea adalah kelainan tidur yang menyebabkan pernapasan terganggu berulang kali selama tidur, mengakibatkan kualitas tidur yang buruk.
Tidur yang terganggu ini bisa meningkatkan risiko terjadinya prediabetes. Efeknya sama dengan orang yang jam kerjanya yang berubah yakni lebih aktif di malam hari (shift malam).
Jimmy menambahkan prediabeter tidak terlihat adanya tanda-tanda dan gejala yang kentara. Kebanyakan orang yang memiliki kondisi ini bahkan tidak mengalami keluhan kesehatan sama sekali. Banyak orang yang mengalami prediabetes kulitnya menggelap, biasanya di bagian leher, ketiak, siku, lutut dan buku-buku jari.
“Dampak lain dari kondisi ini, yaitu berisiko merusak jantung dan sistem peredaran darah bahkan jauh sebelum akhirnya mengalami diabetes tipe 2,” ungkap Jimmy.
Jika prediabetes telah berkembang menjadi diabetes, beberapa gejala bisa muncul seperti lebih cepat haus, sering buang air kecil, sering merasa cepat lelah dan penglihatan buram.
Segera temui dokter bila mengalami gejala yang disebutkan tadi, serta memiliki kondisi yang memicu faktor risiko penyebab diabetes.
“Tubuh setiap orang berbeda-beda, itu sebabnya gejala yang muncul juga bisa berbeda,” tegas Jimmy.