Akademisi menilai kehadiran kecerdasan buatan perlu diimbangi dengan etika. Pasalnya, sebagai mesin yang terus berlajar, artificial intelligence (AI) berpeluang digunakan tanpa tanggung jawab.
Rektor UGM Ova Emilia mengatakan UGM bekerja sama dengan UNESCO telah menyusun prinsip-prinsip etika dalam pemanfaatan AI. Prinsip itu mengacu pada nilai Pancasila sebagai dasar negara dan dasar filosofis di Indonesia serta mencakup keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengembangan dan penggunaan AI.
Dia mengakui bahwa kecerdasan buatan berpotensi besar menopang peningkatan produktifitas kerja manusia. Namun revolusi ini harus disertai dengan perhatian terhadap tantangan etika yang potensial muncul sebagai dampak penggunaan AI.
“Sekaligus untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara bijaksana, bertanggung jawab, dan bermanfaat,” kata Ova pada peluncuran buku Kompilasi Pemikiran Kecerdasan Artifisial (AI), dikutip Kamis (21/12/2023).
Dia juga mengatakan perkembangan AI tidak melulu dibarengi rasa takut dan khawatir, tetapi juga optimisme yang beriringan dengan mekanisme pengaturannya.
UGM bekerja sama dengan Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) menghadirkan buku tersebut sebagai bentuk keterlibatan akademisi dalam pengembangan AI. Peluncuran buku ini merupakan kolaborasi UGM, Kagama, Microsoft, Elsam, dan Bisnis Indonesia.
Sekjen PP Kagama yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana menyebutkan bahwa buku yang disusun merangkum secara komprehensif, gagasan yang berkembang di kalangan pemikir dan praktisi.
“Sejumlah rekomendasi dari kalangan akademisi, swasta, lembaga nonprofit, hingga regulator muncul untuk menghadirkan alternatif dan solusi penggunaan AI yang melindungi manusia dan kemanusiaan,” tegasnya.
Ari mengatakan perkembangan AI mendorong implementasi yang bermanfaat pada berbagai segmen kehidupan. Inovasi bermunculan pada semua sektor. Dengan harapan mempermudah pekerjaan manusian dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Namun, di balik berbagai manfaat tersebut, muncul juga kekhawatiran terkait potensi-potensi ancaman dan resikonya.
Wakil Menkominfo, Nezar Patria dalam kata pengantarnya menyatakan sinergi UGM dan KAGAMA ini merupakan salah satu bentuk kontribusi akademia dalam merespons perkembangan kecerdasan buatan.
“Gagasan pada buku ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pada inovasi dan pengaturan kecerdasan buatan di Indonesia,” harapnya.