Banda Aceh – Departemen Informatika FMIPA Universitas Syiah Kuala (USK) menjadi tuan rumah Workshop Konsultatif UNESCO mengenai Metodologi Penilaian Kesiapan AI atau Readiness Assessment Methodology Artificial Intelligent (RAM AI) di Indonesia. Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara UNESCO, KOMINFO, USK, dan KORIKA (Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial).
Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Marwan, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa USK berkomitmen untuk menjadi bagian dari perkembangan teknologi di Indonesia.
“Kami sangat senang dapat menjadi tuan rumah acara penting ini yang berfokus pada etika dan tata kelola AI yang metodologi pengukuran kesiapan penerapan teknologi AI dikembangkan oleh UNESCO.”
Marwan menuturkan AI telah menjadi salah satu teknologi terdepan yang membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan dan industri. Potensi AI untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan daya saing semakin diakui berbagai negara di dunia. Namun, untuk dapat memanfaatkan potensi AI tersebut secara maksimal, diperlukan kesiapan yang matang dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, dan strategi implementasi, ungkap Rektor.
“Metodologi Penilaian Kesiapan AI adalah sebuah pendekatan yang dapat membantu kita menilai kesiapan untuk mengadopsi teknologi AI”, tutupnya.
Presiden KORIKA, Prof. Hammam Riza menambahkan bahwa workshop ini merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan Indonesia dalam mengadopsi AI.
“Kami berharap dapat mengumpulkan wawasan yang kaya dari berbagai pihak untuk menyusun strategi nasional yang komprehensif.” Prof. Hamman juga menyambut baik penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara KORIKA dan FMIPA USK, serta Implementation Agreement (IA) anatara KORIKA dengan Departemen Informatika USK.
“Kami berharap kerjasama ini dapat memperkuat kerjasama dalam penelitian dan pengembangan AI di Indonesia,” tutup Prof. Hammam.
Dekan FMIPA USK, Prof. Dr. Taufik Fuadi Abidin, yang juga pakar di bidang AI menyampaikan bahwa kecerdasan buatan yang berkembang dengan begitu pesat memerlukan kesiapan yang matang dalam berbagai hal, termasuk sumber daya manusianya (talenta). Dalam kontek penyiapan talenta AI, sejak tahun 2019, Departemen Informatika mempersiapkan talenta AI dengan menyiapkan pembukaan Program Studi Magister Kecerdasan Buatan. Melalui Projek Erasmus+, bersama mitra dari Eropa dan konsorsium beberapa Perguruan Tinggi di Asia. Pada tahun 2021, lahir Program S2 Kecerdasan Buatan. Saat ini Program S2 tersebut telah meluluskan beberapa orang lulusan dengan capaian yang luar biasa.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Aceh, Marwan Nusuf, B.HSc M.A, turut menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. “Dengan adanya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, kita dapat memastikan bahwa perkembangan AI di Indonesia berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Workshop diisi oleh tiga pemateri utama Undral Ganbaatar dari UNESCO yang membahas Rekomendasi UNESCO tentang Etika dan RAM AI, Aries Kusdaryono dari Kemenkominfo yang memaparkan Strategi dan Implementasi Tata Kelola AI di Indonesia, serta Adya Danaditya dari KORIKA yang menguraikan topik Penerapan RAM dan Aplikasi AI Dalam Kehidupan Nyata.
Workshop ini tidak hanya berfokus pada penyampaian materi, tetapi juga melibatkan peserta dalam pengisian kuesioner dan diskusi mendalam tentang “Hukum, Regulasi dan Efek Sosial Budaya dari AI” dan “Bagaimana Adopsi dan Investasi AI dalam Pendidikan, Penelitian dan Infrastruktur”. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif yang akan digunakan dalam laporan penilaian kesiapan AI di Indonesia oleh UNESCO.