ASPEK.ID, MALAYSIA – Pemerintah Malaysia dilaporkan sedang berupaya untuk mencari dana, dengan menjual sebagian asetnya untuk membantu memulihkan situasi keuangan negara dari hutang.
Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad mengatakan, salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menjual properti non-esensial baik lokal maupun luar negeri.
“Kami akan menjualnya dengan nilai berapa pun yang mereka miliki. Biasanya, jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi tetap saja, jumlah yang terakumulasi akan menjadi besar,” katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio lokal BFM di acara Breakfast Grille seperti dilansir The Star.
Namun, Mahathir belum dapat memberikan rincian mengenai aset mana saja yang dapat dijual, karena ada proses negosiasi yang sedang berlangsung untuk menemukan “harga yang tepat”. Properti yang dijual tidak termasuk yang terletak di Iskandar, Johor.
“Tidak, karena properti di Johor telah terjual dan uangnya telah dibayarkan bukan kepada kami, tetapi kepada orang yang menjual tanah sehingga bukan yang kami cari,” tambahnya.
Mahathir mengatakan bahwa pemerintah tengah berupaya memulihkan uang yang hilang karena skandal 1 MDB. Pemerintah saat ini menanggung beban utang yang cukup besar dari pemerintahan sebelumnya.
Selain menjual aset, Mahathir mengatakan bahwa Putrajaya telah menunda proyek kereta cepat Kuala Lumpur-Singapura serta proyek lain yang dianggap tidak perlu.
Perdana Menteri juga mengatakan bahwa memperbaiki kesenjangan keuangan dan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta negara juga menjadi prioritas pemerintah.
Dia mengatakan masalah distribusi kekayaan yang tidak merata dan tidak adil perlu diperbaiki, atau bisa mengarah pada kekerasan.
“Kami perhatikan bahwa distribusi kekayaan di negara ini tidak merata dan bahkan tidak adil, misalnya antara perkotaan dan pedesaan, ada perbedaan besar. Kita perlu melakukan perbaikan untuk itu. Antara negara bagian, beberapa negara bagian sangat kaya, beberapa negara bagian sangat miskin, itu juga perlu kita perbaiki,” jelas Mahathir.