ASPEK.ID, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan laba semester I-2019 sebesar Rp 16,16 triliun tumbuh 8,19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama BRI Suprajarto menjelaskan penopang pertumbuhan laba ini berasal dari penyaluran kredit sebesar Rp 888,32 triliun tumbuh 11,84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Suprajarto menjelaskan, penyaluran kredit BRI masih didominasi ke segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Rp 681,50 triliun atau sebesar 76,72%. Pertumbuhan kredit UMKM BRI kuartal II 2019 13%.
Dia juga menyampaikan faktor lain yang mendorong laba adalah perolehan fee base income di BRI terus tumbuh. Namun pertumbuhan laba ini melambat jika dibandingkan periode sebelumnya.
“Laba melambat ini memang benar, tapi kalau laba bank only sudah on track. Ini tumbuh 8% karena kita kebebanan anak perusahaan yang baru, kan baru diakuisisi kemarin kebetulan ada masalah, tapi sudah kita hitung sesuai valuasi saat kita ambil,” kata Suprajarto dalam konferensi pers di Kantor BRI, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Dia mengungkapkan, bank berupaya untuk menyelesaikan masalah yang ada di anak usaha untuk mengembalikan kinerja perusahaan ke jalur yang telah ditetapkan.
“Kita sedang benahi, bersihkan dan selesaikan semua ini yang menimbulkan laba kita sedikit melambat karena anak usaha, kita sudah mensimulasikan itu sejak awal,” imbuh dia.
Hingga akhir Juni 2019, tercatat BRI telah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp 50,29 Triliun kepada lebih dari 1,2 juta debitur. Dia menyebut ini setara dengan 57,8% dari target breakdown yang diberikan kepada BRI oleh Pemerintah di tahun 2019 sebesar Rp 86,97 Triliun.
Tidak hanya pembiayaan, BRI juga turut berperan dalam memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para pelaku UMKM. Sampai pertengahan tahun 2019, pembiayaan Bank BRI mendukung 1,1 juta pelaku UMKM sukses naik kelas. Sekitar 65% dari jumlah tersebut didominasi oleh pelaku UMKM yang mengajukan pembiayaan mikro.
Total aset mencapai Rp 1.288,20 Triliun atau tumbuh 11,70%. Perseroan juga mampu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 945,05 Triliun atau tumbuh 12,78%. Proporsi DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro dengan komposisi mencapai 57,35%.