Orang Jepang memiliki harapan hidup yang tinggi. Fenomena ini menarik perhatian banyak peneliti dan masyarakat global, karena usia harapan hidup rata-rata di Jepang mencapai lebih dari 84 tahun.
Harapan hidup rata-rata adalah jumlah tahun yang diharapkan untuk dijalani oleh bayi yang lahir pada tahun tertentu. Dilansir dari nippon.com, tepat setelah Perang Dunia II, pada tahun 1947, angka harapan hidup orang Jepang rata-rata adalah 53,96 tahun untuk wanita dan 50,06 tahun untuk pria, dan secara umum terus meningkat sejak saat itu.
7 rahasia berumur panjang orang Jepang
1. Pola makan orang Jepang
Dilansir dari observatoireprevention.org, dibandingkan dengan penduduk Kanada, Prancis, Italia, dan Amerika Serikat, orang Jepang mengonsumsi lebih sedikit daging (khususnya daging sapi), produk susu, gula, pemanis, buah-buahan, dan kentang. Sebaliknya, mereka lebih banyak mengonsumsi ikan dan makanan laut, nasi, kacang kedelai, serta teh.
Pada 2017, menurut data FAO, rata-rata konsumsi kalori harian orang Jepang mencapai 2.697 kilokalori, jauh lebih rendah dibandingkan Kanada (3.492 kkal), Prancis (3.558 kkal), Italia (3.522 kkal), dan Amerika Serikat (3.766 kkal).
2. Jarang makan idaging merah, lebih banyak ikan dan makanan laut
Orang Jepang mengonsumsi daging hampir setengah dari yang dikonsumsi orang Kanada (46 persen lebih sedikit), namun mereka makan ikan dan makanan laut dua kali lebih banyak.
Perbedaan ini berdampak pada penurunan asupan lemak jenuh, yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung iskemik yang lebih rendah, tetapi juga dapat meningkatkan risiko stroke. Di sisi lain, tingginya asupan asam lemak omega-3 dari ikan dan makanan laut berkontribusi pada pengurangan risiko penyakit jantung iskemik.
Konsumsi daging merah yang lebih rendah dan tingginya konsumsi ikan di Jepang dapat menjelaskan rendahnya angka kematian akibat penyakit jantung iskemik, meski angka kematian akibat penyakit serebrovaskular cenderung lebih tinggi.
3. Konsumsi gula rendah
Orang Jepang mengonsumsi gula dan pati dalam jumlah relatif sedikit, yang sebagian menjelaskan rendahnya prevalensi penyakit terkait obesitas seperti penyakit jantung iskemik dan kanker payudara.
4. Budaya mengonsumsi teh hijau
Dilansir dari observatoireprevention.org, kebiasaan minum teh di Jepang, terutama teh hijau, juga memberikan manfaat kesehatan karena sifat anti bakterinya yang kuat. Meskipun kopi tidak berbahaya, teh seperti matcha menawarkan manfaat kesehatan yang lebih besar.
Orang Jepang umumnya minum teh hijau tanpa gula tambahan, dan beberapa studi prospektif di Jepang menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau berhubungan dengan risiko kematian yang lebih rendah, baik dari penyebab umum maupun penyakit jantung.
5. Kohesi sosial yang tinggi
Dilansir dari agewatch.net, Profesor Shiro Horiuchi, dalam Jurnal Studi Populasi Jepang tahun 2011, mengidentifikasi kohesi sosial sebagai salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap umur panjang masyarakat Jepang. Meskipun Horiuchi mengakui adanya ketimpangan yang semakin besar di Jepang, ia berpendapat bahwa orientasi kelompok yang kuat memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis, terutama bagi mereka dengan status sosial ekonomi rendah.
Kohesi sosial ini memberi individu rasa memiliki yang mendalam terhadap komunitas dan organisasi mereka, sehingga mengurangi perasaan keterasingan. Perasaan tersebut meningkatkan harga diri mereka, meskipun posisi dan gaji mereka mungkin rendah, serta membantu mereka memelihara persepsi, emosi, dan sikap positif terhadap kehidupan.
6. Aktivitas fisik
Dilansir dari lybrate.com, orang Jepang juga aktif secara fisik karena kebiasaan menggunakan transportasi umum. Mereka berjalan kaki ke stasiun, menunggu kereta, berdiri di dalam kereta, dan berjalan kembali dari stasiun menuju tempat kerja.
Meskipun mobil cukup umum, mengendarai mobil dianggap sebagai kemewahan. Selain itu, masyarakat Jepang terbiasa mendapatkan dorongan untuk berolahraga di pagi hari, yang membantu meningkatkan energi, fokus, dan kebugaran fisik mereka.
7. Layanan kesehatan
Sejak 1960, Jepang telah memiliki sistem layanan kesehatan yang komprehensif. Warga Jepang rata-rata mengunjungi dokter lebih dari selusin kali setiap tahun, empat kali lebih sering dibandingkan dengan penduduk Amerika Serikat. Yang menarik, biaya layanan kesehatan di Jepang hanya 8 persen dari PDB, yang memungkinkan mereka mendeteksi penyakit potensial jauh sebelum kondisi memburuk. Demikian dikutip dari tempo