ASPEK.ID, JAKARTA – Beberapa negara tetangga telah mengirim kapal-kapal canggih untuk membantu menemukan kapal selam KRI Nanggala 402 yang membawa 53 orang yang hilang kontak pada Rabu lalu.
Singapura pada Rabu (21/4) malam mengirim kapal Swift Rescue yang dilengkapi mini-submarine. Kapal ini diperkirakan tiba pada Sabtu, (24/4/2021).
Malaysia mengirim kapal penyelamat Mega Bakti, yang diperkirakan tiba pada Minggu (25/4/2021). Tujuh negara lainnya menawarkan bantuan yaitu Amerika, Jerman, Perancis, Turki, India, Rusia dan Australia.
Juru bicara Pentagon, John Supple, Rabu (21/4), mengatakan telah menawarkan bantuan kepada pemerintah Indonesia.
“Indonesia adalah sahabat dekat dan mitra strategis Amerika. Kami sangat berduka mengetahui laporan tentang hilangnya kapal selam Indonesia dan menyampaikan rasa simpati kepada awak kapal dan keluarga mereka. Kami telah menghubungi mitra-mitra kami di Indonesia dan menanyakan bantuan apa yang dapat kami berikan,” ujarnya kepada wartawan di Washington DC.
Lima KRI, yaitu KRI Raden Eddy Martadinata 331, KRI Gusti Ngurah Rai 332, KRI Diponegoro 365, KRI dr. Soeharso 990, dan KRI Pulau Rimau 724 bersama 1 helikopter TNI Angkatan Laut telah memulai operasi pencarian pada Kamis (22/4) pagi.
KRI Rigel 933, kapal survei hidro-oseanografi yang memiliki kemampuan deteksi bawah air, juga sedang menuju lokasi.
Dalam konferensi pers di pangkalan Ngurah Rai, Bali, Kamis (22/4) pagi, Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad mengatakan temuan tumpahan minyak di beberapa lokasi di sekitar perairan Bali, maupun deteksi gerakan di bawah laut, belum mengindikasikan lokasi KRI Nanggala 402.
“Di samping tumpahan minyak, KRI 331 melaporkan secara lisan telah terdeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot. Kontak itu kemudian diam, sehingga tidak cukup data untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam,” ungkapnya.






















