“Kamu ini siapa sebenarnya?” tanya Cornelis kepada sosok yang menindih tubuhnya yang tak berkutik.
“Saya Laksamana Malahayati,” jawabnya singkat. Nama panjangnya yakni :Laksamana Keumalahayati
Sekejab mata rencong menghunus jantung Cornelis de Houtman. Pedang yang diayunkan oleh kapten Belanda itu tak berdaya menghadapi sebilah rencong di tangan perempuan tangguh. Pertarungan satu lawan satu di geladak kapal de Leeuw pada 11 September 1599 menguburkan keangguhannya terhadap pejuang perempuan.
Demikian cuplikan dialog yang dipentaskan selama dua hari sebanyak empat show berturut-turut sejak 8-9 September di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Adegan tewasnya Cornelis bukanlah akhir dari babak penampilan teater selama 90 menit. Setelah babak Cornelis tewas berdarah-darah, dilanjutkan perang antara kapal perang yang dipimpin oleh Laksamana Malahayati melawan kapal dagang Belanda. Pasukan Inong Balee melompat ke kapal musuh disertai dengan dentuman meriam dari kapal Kerajaan Aceh. Secara keseluruh selama 1 jam 30 menit, penonton hanyut dalam ombak cerita yang kadangkala diselipkan bahasa Aceh.
Produser, pemeran Malahayati Marcella Zalianty menghayati peran sebagai Laksamana Malahayati. Selama dua tahun Marcella “Laksamana Malahayati” Zalianty mengadakan riset sosok Laksamana Malahayati. Bahkan Marcella berlatih aksen Aceh sehingga saat bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia dengan dialek bahasa Aceh. Demikian juga peran Cut Mini yang beberapa kali berbicara dalam bahasa Aceh. Cut Mini menyebutkan belajar bahasa Aceh lebih fasih pada pemain pembaca hikayat yakni Pilo dari Aceh.
Menyimak dialog-dialog pada abad ke-16 seperti pengkhianatan, politik fitnah, menerima suap dan sebagainya adalah bukan hal baru yang kini juga terjadi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Masa lalu selalu aktual. Demikian kata sejarawan.
Penampilan teater kolosal ini adalah persembahan pentas seni dari TNI AL yang memasuki usia ke-78 pada 10 September 2023. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali menyatakan TNI AL mengangkat kisah heroik perjuangan Laksamana Malahayati bersama Laskar Inong Balee, sebuah kesatuan yang berisikan lebih dari 2.000 laskar perempuan dalam mengusir bangsa asing.
Kasal menyatakan banyak hal yang dapat dipelajari oleh TNI AL dari kisah hidup dan sejarah Laksamana Malahayati seperti penggunaan kekuatan berbasis maritim (sea power) dalam menjaga kedaulatan dan membangun perekonomian disamping pembangunan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, dan kekuatan armada laut.
“Semangat pantang menyerah yang telah ditunjukkan Laksamana Malahayati turut mengilhami TNI AL, salah satunya membentuk Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) pada tahun 1963. Bahkan sejak 2013, Akademi Angkatan Laut mulai menempa taruni agar kelak lahir lebih banyak lagi Laksamana Malahayati di era modern,” ungkapnya.
TNI AL sebagai Eksekutif produser menggandeng sederat nama besar di dunia seni pertunjukan, di antaranya Marcella Zalianty (produser, pemeran Malahayati), Arswendi Bening (Sultan Aceh), Cut Mini (ibu Laksamana Malahayati), serta Aulia Sarah (Cut Limpah) dan lain-lain.
Sebanyak 67 pemain teater bermain di drama ini termasuk sembilan prajurit Kowal bersanding dengan pemain-pemain teater dari kelompok ternama, antara lain Teater Koma dan Wayang Orang Bharata. Mereka berlatih serius sejak pertengahan Juli 2023 di Gelanggang Olahraga Mabes TNI AL Cilangkap, Jakarta.
Jay Soebijakto penata artistik menjelaskan, replika kapal perang merupakan hasil risetnya selama beberapa waktu dan dihasilkan sebuah bentuk kapal terbuat dari rangka baja yang dapat dibongkar pasang setinggi 3,5 meter dan panjang 10 meter.
“Kapal ini sanggup menampung sampai 10 orang secara bersamaan di dalamnya. Sewaktu di panggung, kapal didesain mampu membelah menjadi dua. Kapal menjadi arena pertempuran termasuk ada aksi melompat dari satu kapal ke kapal lainnya,” papar anak dari KSAL pertama, Laksamana R. Soebijakto yang memimpin TNI AL pada 1948.
Wal hasil penampilan Jalasena Laksamana Malahayati di panggung utama selebar 12 meter dan panjang 18 meter mengundang decak kagum. Dengan dukungan immersive sound system dan tata cahaya berkekuatan 130.000 watt dipadu flow set multimedia untuk menguatkan visual panggung, serta struktur rumah panggung khas Aceh yang sarat makna serta Istana Kesultanan Aceh Darussalam dalam ukuran standar.
Selama pertunjukan, penonton disuguhi aksi videomapping menggunakan 2 projector @32rb lumens dengan lensa ultra short throw
“Kami ingin memberikan yang terbaik di HUT ke-78 TNI AL,” kata Marcella Zalianty yang kepalanya kena pedang ketika latihan pertunjukkan.
Sutradara pertunjukan Iswandi Pratama mengatakan 2/3 permukaan bumi adalah lautan. Laut adalah ikon dan kekuatan bangsa ini. Disebutkan Aceh sangat disegani kekuatan maritimnya dan ini yang ingin dibangkitkan.
Laksamana Malahayati lahir pada 1 Januari 1550 dan gugur pada 30 Juni 1615 dalam usia sekitar 65 tahun yang dikebumikan di di kaki Bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar. Empat abad kemudian, Presiden Jokowi menyematkan gelar Pahlawan Nasional untuk Laksamana Malahayati kepada ahli waris yang diterima oleh Teungku Putroe Safiatuddin Cahya Nuralam yang didampingi oleh anaknya, Pocut Meurah Neneng Mahmidatul Hasanah di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/11/2017). 90 menit bersama :Laksamana Malahayati terasa sangat singkat untuk sebuah pelajaran kehidupan di masa kini dan mendatang.