Jokowi mengingatkan perbankan agar memacu kreditnya, terutama ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), alih-alih mempertebal portofolio di instrumen seperti surat berharga negara (SBN) atau sertifikat Bank Indonesia (SBI).
“Saya ajak perbankan. Memang harus prudent, hati-hati. Tapi tolong lebih didorong lagi kreditnya, terutama bagi UMKM. Jangan semuanya ramai-ramai membeli ke BI atau SBN,” ujarnya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 pada Rabu (29/11/2023).
Jokowi mengatakan bank memang diperbolehkan untuk membeli SBN dan SBI sebagai portofolio serta menjaga likuiditasnya. Namun, bank lebih baik mendorong sektor riil dengan memacu penyaluran kreditnya.
“Terlalu banyak dibeli SBN dan SBI. Jadi ke sektor riil berkurang,” ujar Jokowi.
Ia mengatakan berdasarkan ungkapan para pelaku usaha, peredaran uang saat ini dinilai kering. Dari sisi fiskal, realisasi belanja pemerintah daerah dan pusat pun masih belum optimal. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian keuangan, portofolio bank di SBN per akhir Oktober 2023 mencapai Rp1.610,94 triliun. Bank sendiri memiliki porsi kepemilikan di SBN sebesar 29,18% dari keseluruhan nilai SBN per 31 Oktober 2023.
Adapun, mengacu laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), kredit yang disalurkan oleh perbankan mencapai Rp6.863 triliun pada Oktober 2023, tumbuh positif 8,7% secara tahunan (year on year/yoy). BI menargetkan penyaluran kredit pada keseluruhan 2023 mencapai target 9%-11%. Sementara, dalam acara PTBI 2023, BI memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2024 akan moncer di tengah tahun politik atau Pemilu.
“Pertumbuhan kredit 10-12% pada 2024,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari bisnis Indonesia.