ASPEK.ID, JAKARTA – PT Asuransi Jiwasraya (Persero) akan melepas portofolio saham yang memiliki valuasi rendah (undervalue). Kementerian BUMN menargetkan dari penjualan itu bisa mendatangkan dana segar sebesar Rp5,6 triliun.
Staf Ahli Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa pemerintah belum menentukan waktu penjualan saham undervalue tersebut. Aksi itu baru akan dilakukan ketika harga sahamnya sudah lebih baik agar tak terlalu rugi.
“Kapan jual saham belum tahu, masih lihat nilainya tunggu tinggi dulu. Tergantung pasar. Pokoknya nilainya sampai Rp5,6 triliun,” kata Arya dilansir laman CNN, Kamis (26/12).
Saat ini total aset Jiwasraya sebesar Rp23,26 triliun dengan liabilitas mencapai Rp50,5 triliun. Aset perusahaan paling banyak ditempatkan di sejumlah saham yang tidak likuid atau tak laris di pasar, sedangkan mayoritas likuiditas berasal dari klaim produk asuransi saving plan.
Salah satu portofolio saham yang akan dilepas adalah PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM). Mengutip RTI Infokom, harga saham perusahaan hanya bergerak di level Rp50 per saham sepanjang Desember 2019, tepatnya Rp50 per saham sampai Rp53 per saham.
Sejak awal 2019 hingga perdagangan terakhir, Kamis (26/12), harga saham Trada Alam Minera tercatat anjlok 70,59 persen. Kemudian, satu bulan terakhir melemah 3,85 persen.
Menurut Arya, penjualan saham dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan Jiwasraya. Ini menjadi satu dari tiga strategi yang sedang dilakukan pemerintah, selaku pemegang saham mayoritas di Jiwasraya dalam menyehatkan kembali perusahaan.
“Tapi untuk saham-saham detailnya masih kami data apa saja,” imbuh Arya.
Upaya lainnya adalah dengan menjual saham anak usaha Jiwasraya, yaitu Jiwasraya Putra kepada investor dengan target nilai Rp3 triliun. Penjualan saham anak usaha diharapkan rampung pertengahan tahun depan.
Dikatakannya, seluruh dana segar yang didapat akan digunakan untuk membayar utang pokok Jiwasraya kepada nasabah termasuk kucuran dana segar per tahunnya sebesar Rp2 triliun terhadap induk usaha (holding) BUMN Asuransi yang akan dibentuk di 2020.
“Jadi nasabah dibayar pokoknya dulu, tidak sama bunga. Total yang dibutuhkan pokoknya Rp15,7 triliun,” jelas dia.