ASPEK.ID, JAKARTA – Di tengah tekanan dan ketidakpastian global saat ini, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05% sepanjang 2019.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa, Indonesia memiliki cukup pertahanan untuk menghadapi tantangan eksternal mulai dari laju inflasi yang rendah, nilai tukar yang stabil, hingga defisit transaksi berjalan yang terkendali.
“Itu perkiraan. Bila ditambah deviasi, bisa saja mencapai 5,06%. Tapi kurang lebih mendekati angka 5,1%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo disela-sela acara Asia’s Trade and Economic Priorities 2020 di Jakarta, Selasa (29/10/2010).
Sebelumnya, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5 %, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang terkendali dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive lanjutan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Kebijakan ini didukung strategi operasi moneter yang terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif. Kebijakan makroprudensial tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian. Kebijakan sistem pembayaran dan kebijakan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.