ASPEK.ID, JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir memperingatkan jangan ada penimbunan obat-obatan, vitamin, oksigen, dan alat-alat kesehatan, selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia.
Menurut Erick Thohir, saat ini rakyat benar-benar sedang susah sehingga semua harus mendukung dan membantu mereka supaya ekonomi Indonesia bisa bergerak dan tentunya kesehatan tetap dijaga.
“Tentu sebagai hal yang penting juga janganlah saat rakyat Indonesia sedang mengalami kondisi susah saat ini, penimbun-penimbun obat tidak punya akhlak. Saya harapkan mereka juga harus mau menjadi bagian kesatuan,” ujar Erick Thohir di Jakarta, Jumat (30/7).
“Kita terus berupaya juga memastikan bahwa keberadaan obat-obatan tetap ada dan tersedia di apotek-apotek. Karena itu kita tingkatkan kapasitas produksi kami,” tambah dia.
Lebih lanjut Menteri BUMN Erick Thohir juga menyampaikan juga sangat penting peran perusahaan swasta dalam mendukung ketersediaan obat.
“Karena pembuatan obat seperti Favipiravir tidak hanya dilakukan oleh BUMN, melainkan juga oleh swasta,” tandasnya.
Sebelumnya, Erick Thohir mengaku akan menjamin soal ketersediaan obat terapi covid-19 di apotek khususnya di apotek milik perusahaan pelat merah bidang farmasi, yakni di apotek jaringan PT Kimia Farma Tbk
“Kita mengutamakan ketersediaan obat untuk masyarakat dan hal ini didukung oleh banyak kementerian,” kata Erick Thohir di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (15/7).
Pendiri Mahaka Group itu juga menyebutkan, Kementerian BUMN yang dinahkodainya telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk membagikan data stok obat kepada masyarakat.
“Masyarakat bisa mengakses langsung informasi tersebut melalui situs resmi yang sudah dirilis oleh Kemenkes,” jelasnya.
Kemenkes sebelumnya telah membuat aplikasi yang memungkinkan masyarakat dapat mengakses ketersediaan obat di apotek sebelum membelinya.
Ketersediaan obat dapat diakses melalui laman https://farmaplus.kemkes.go.id/
“Farmaplus ini bisa diakses dengan mudah. Kita bisa ketahui di apotek mana obat yang sedang kita cari berada,” kata Plt. Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan drg. Arianti Anaya dalam konferensi pers secara virtual, Sabtu (10/7) lalu.
Aplikasi Farmaplus ini, lanjut drg. Arianti, akan dikembangkan dengan jejaring apotek sampai ke seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, untuk memenuhi kebutuhan obat yang meningkat sejalan dengan lonjakan kasus konfirmasi COVID-19, pemerintah telah mendorong seluruh industri farmasi baik swasta maupun BUMN untuk meningkatkan kapasitas produksinya, termasuk mempercepat proses importasi obat.
Sementara itu, berikut ini adalah daftar harga eceran tertinggi obat-obatan untuk pasien COVID-19:
1. Favipiravir 200 mg tablet Rp 22.500
2. Remdesivir 100 mg injeksi Rp 510.000
3. Oseltamivir 75 mg kapsul Rp 26.500
4. Intravenous immunoglobulin 5 persen 50 ml infus Rp 3.262.300
5. Intravenous immunoglobulin 10 persen 25 ml infus Rp 3.965.000
6. Intravenous immunoglobulin 10 persen 50 ml infus Rp 6.174.900
7. Ivermectin 12 mg tablet Rp 7.500
8. Tocilizumab 400 mg/20 ml infus Rp 5.710.600
9. Tocilizumab 80 mg/4 ml infus Rp 1.162.200
10. Azithromycin 500 mg tablet Rp 1.700
11. Azithromycin 500 mg infus Rp 95.400.