ASPEK.ID, JAKARTA – Persoalan pelik saat ini sedang membelit salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor asuransi yakni, PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebut bahwa persoalan Jiwasraya berisiko sistemik dan hal ini dinilai berpotensi menyeret sektor lain karena bisnisnya melibatkan banyak pihak mulai perbankan hingga perusahaan.
“Sistemik dan tidak sistemik itu ada jangka waktu, semakin diulur, ketidakpastian itu bikin sistemiknya semakin parah,” kata Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto dilansir laman Antara di Jakarta, Kamis (9/1).
Eko mengatakan, hal itu bisa berdampak pada di antaranya penurunan kinerja dari sektor-sektor usaha yang terlibat dalam pusaran masalah Asuransi Jiwasraya.
Ia berharap, pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk segera dan tidak ragu menetapkan jalan keluar bagi Jiwasraya karena perekonomian Indonesia saat ini masih cukup stabil untuk mengatasi masalah itu.
“Rupiah stabil, devisa bahkan naik adalah gambaran bahwa pemerintah harusnya tidak perlu ragu mengambil keputusan. Ini berbeda dengan situasi tahun 2009 yang semua dalam kondisi tidak pasti,” ujarnya.
Resiko sistemik di perusahaan asuransi dikatakan Eko berbeda dengan perbankan karena industri asuransi bergerak dalam investasi jangka panjang dan melibatkan banyak institusi.
Begitu juga dengan konsep dana talangan, perbankan memiliki Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang bisa menalangi perusahaan bank jika terbelit masalah sistemik.
Sedangkan perusahaan asuransi, ujar Eko, tidak memiliki lembaga serupa sehingga kucuran dana talangan dinilai tidak memungkinkan bagi perusahaan asuransi yang terbelit kasus.
“Jiwasraya punya BUMN, pemegang sahamnya pemerintah. Berarti pemegang saham pada akhirnya bertanggung jawab,” tukasnya.