ASPEK.ID, JAKARTA – Hubungan antara Indonesia dan China kembali memanas. Hal ini dipicu ulah kapal coast guard China yang masuk ke dalam teritorial laut Indonesia tanpa izin.
Dan parahnya lagi, China mengklaim bahwa berdaulat di perairan tersebut sehingga kapal-kapalnya bebas berlayar. Tak terima, Indonesia pun menyatakan apa yang dilakukan China adalah pelanggaran.
Laut Natuna adalah perairan yang terbentang dari Kepulauan Natuna hingga Kepulauan Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Laut ini berbatasan dengan Laut Natuna Utara di utara, barat laut, dan timur, juga berbatasan dengan Selat Karimata di tenggara dan Selat Singapura di arah barat.
Menanggapi kejadian tersebut, TNI langsung bergerak cepat dan mulai memperketat pengawasan di perairan Laut Natuna, Kepulauan Riau. Ratusan personel pun dikerahkan untuk menjaga kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut.
Apel gelar pasukan intensitas operasi rutin TNI dalam pengamanan laut Natuna pun dilakukan, yang dipimpin Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya TNI Yudo Margono di Paslabuh, Selat Lampa, Ranai, Natuna, Jum’at (3/1/2020).
Operasi siaga tempur ini dilaksanakan oleh Koarmada1 dan Koopsau 1 dengan Alutsista yang sudah tergelar yaitu 3 (tiga) KRI dan 1 (satu) Pesawat intai maritim dan 1 (satu) pesawat Boeing TNI AU. Sedangkan dua KRI masih dalam perjalanan dari Jakarta menuju Natuna.
Lantas, bagaimana jika militer Indonesia dan China dihadapkan pada kenyataan harus berada dalam medan pertempuran?
Militer Indonesia
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Global Firepower Index pada 2019, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara. Di level Asia, Indonesia yang berada di peringkat 16 dunia, hanya kalah dari Pakistan, Iran, Korea Selatan, Jepang, India dan China.
Di laut, Indonesia memiliki 221 kapal yang terdiri dari 8 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 139 kapal patroli dan 11 pangkalan perang laut.
Indonesia memiliki sekitar 800 ribu prajurit (400 ribu cadangan) yang didukung dengan keberadaan 108 juta penduduk yang siap ikut berperang jika keadaan mengharuskan.
Di darat, Indonesia memiliki 315 tank perang, 141 artileri otomatis, 356 artileri manual, 36 proyektor misil dan 1.300 kendaraan lapis baja.
Di udara, Indonesia memiliki 41 pesawat tempur, 192 helikopter, 8 helikopter perang, serta 65 pesawat pembom dan meriam.
Untuk pendukung lainnya, seperti dilansir laman CNN, Indonesia memiliki sumber daya minyak bumi 1,66 juta barel per hari. Cadangan minyak bumi mencapai 3,23 miliar barel. Ini untuk logistik.
Di samping itu, Indonesia memiliki 14 pelabuhan utama dan 673 bandara. Semua itu bisa dipakai untuk kepentingan operasi militer jika diperlukan.
Militer China
Masih berdasarkan data yang dikeluarkan Global Firepower Index, kekuatan militer China secara keseluruhan berada di peringkat 3 dunia. Kekuatan militer China hanya kalah dari Amerika Serikat dan Rusia.
Di laut, China terdiri dari 714 kapal yang terdiri dari 1 kapal induk, 52 fregat, 33 kapal perusak, 41 korvet, 76 kapal selam serta 192 kapal patrol dan 33 pangkalan laut.
Di darat, China memiliki sekitar 13.050 tank, 40 kendaraan lapis baja, 2 ribu roket proyektor, 4 ribu artileri otomatis, dan 6.246 artileri manual.
Kekuatan udara China terdiri dari 1.222 pesawat tempur, 281 helikopter perang, seribu helikopter, dan 1.564 pesawat pembom serta meriam antiudara. Ditambah pesawat transportasi 193 buah.
China memiliki sekitar 2,6 juta personel militer yang terdiri dari 2,1 juta aktif dan 510 ribu personel cadangan. Sebanyak 621 juta penduduknya siap perang jika kondisi mengharuskan.
Mengenai logistik dan bahan bakar, China memiliki sumber daya minyak bumi sebanyak 10 juta barel per hari. Cadangan minyak bumi mencapai 25 miliar barel. China memiliki 16 pelabuhan utama dan 507 bandara yang siap digunakan dalam kondisi perang.