ASPEK.ID – Kepemilikan asing terhadap Surat berharga negara (SBN) alias surat utang pemerintah masih tinggi. Kepemilikan asing terhadap SBN ini mencapai Rp 1.000,39 triliun, lebih tinggi dari posisi 2 Juli sebesar Rp 991 triliun. Asing memegang porsi sekitar 40 persen.
Padahal SBN memiliki banyak keuntungan buat masyarakat. Sayangnya kesadaran untuk berinvestasi di surat utang masih belum begitu besar.
Dikutip dari Detik, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan bunga yang ditawarkan surat utang dari pemerintah menggiurkan, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Menurutnya, bunganya relatif lebih tinggi dari deposito, dan kalau dibandingkan dengan negara lainnya, bunga surat utang Indonesia di Asia Pasifik yang paling tinggi, mencapai lebih 7 persen.
Tingkat inflasi Indonesia juga relatif rendah. Hal ini penting karena keuntungan riil yang diterima dari surat utang cukup dipengaruhi oleh inflasi. Ibaratnya kalau inflasi naik sementara bunga utang tetap, keuntungan riilnya relatif lebih rendah.
“Nah di sisi yang lain, tingkat inflasi kita rendah yang artinya keuntungan secara riil yang dipegang oleh pembeli surat utang itu cukup tinggi gitu,” jelasnya.
Di samping itu, tentunya investasi di surat utang pemerintah lebih aman karena dijamin langsung oleh pemerintah.
“Kalau menurut saya surat utang adalah instrumen yang paling aman karena dijamin oleh pemerintah. Jadi tingkat risikonya relatif sangat rendah dibandingkan berinvestasi di pasar modal, properti bahkan, atau investasi di emas,” tambahnya.