Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh pahlawan Indonesia dalam upacara yang dilaksanakan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/11/2021).
Keputusan mengenai pemberian gelar itu dituangkan dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 109 dan 110 TK Tahun 2021 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional dan Tanda Kehormatan Bintang Jasa.
“Menganugrahkan gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan bintang jasa kepada yang namanya tersebut dalam lampiran keputusan ini sebagai penghargaan atas jasa-jasanya sesuai ketentuan syarat khusus dalam rangka memperoleh gelar pahlawan nasional dan tanda kehormatan bintang jasa sebagaimana diatur dalam undang-undang,” demikian petikan Keppres dibacakan oleh Sekretaris Militer Presiden Tonny Harjono dalam upacara.
Keppres tersebut ditetapkan Presiden Jokowi pada 25 Oktober 2021.
Keempat tokoh yang diberi gelar itu adalah Tombolututu dari Sulawesi Tengah, Sultan Aji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, Usmar Ismail dari DKI Jakarta, dan Raden Aria Wangsakara dari Banten.
Tombolututu
Tombolotutu merupakan salah seorang raja di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) asal Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Sebagai raja, Tombolotutu turut menjadi garda terdepan dalam garis perlawanan menghadapi penjajah Belanda kala itu.
Bahkan Belanda sampai menurunkan Pasukan Marsose untuk menumpas Perlawanan Tombolotutu (Marsose adalah pasukan khusus atau pasukan elit Belanda yang pernah diturunkan saat perang Diponegoro dan perang Aceh).
Namun usaha Belanda untuk menumpas Tombolututu tidak pernah berhasil.
Sultan Aji Muhammad Idris
Sultan Aji Muhammad Idris adalah Sultan ke-14 dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang memerintah mulai tahun 1735 hingga tahun 1778.
Sultan Aji Muhammad Idris adalah sultan pertama yang menggunakan nama Islam semenjak masuknya agama Islam di Kesultanan Kutai Kartanegara pada abad ke-17.
Ia berjasa mengusir VOC dari Sulawesi Selatan. Ia tak hanya berjuang memerdekakan wilayah sendiri, tapi juga sekutunya. Pada 1736, Sultan Idris mengirim ratusan pasukan untuk membantu Kerajaan Wajo menghadapi VOC. Bahkan, ia disebut memimpin barisan terdepan dalam perang melawan VOC.
Umar Ismail
Usmar Ismail merupakan seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia yang berdarah Minangkabau. Ia dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia. Ia dikenal sebagai pelopor drama modern di Indonesia dan juga Bapak Film Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang, Usmar sempat bergabung bersama Pusat Kebudayaan Jepang (Keimin Bunka Sidosho). Meski tidak lama, ia memetik pelajaran penting dari sana.
Film-film propaganda Jepang membuatnya mengerti bahwa film tak berhenti pada fungsi hiburan saja, melainkan juga fungsi sebagai medium komunikasi sosial. Menurutnya, hal tersebut telah mendorong upaya pembentukan film nasional di masa kemerdekaan.
Raden Aria Wangsakara
Raden Aria Wangsakara merupakan ulama dan juga pejuang yang melawan VOC, dikenal sebagai pendiri wilayah Tangerang.
Selain dikenal sebagai pejuang, ia juga dikenal sebagai ulama penyebar agama Islam. Penyebaran agama Islam kala itu membuat Belanda takut. Apalagi, pusat penyebaran agama tersebut berada di dekat wilayah kekuasaannya, yakni Batavia.
Pada 1720, Raden Aria Wangsakara gugur setelah terlibat perang dengan VOC di Ciledug. Dia kemudian dimakamkan di Lengkong Kyai, Kabupaten Tangerang.