Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan dan strategis karena potensi dan kontribusinya yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat Aceh khususnya Aceh Timur.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian, Dr Prayudi Syamsuri, M.Si mengemukakan fakta bahwa jika sawit Aceh mengalami gagal produksi, maka hal itu akan berimbas dan mempengaruhi pasar Crude Palm Oil atau CPO dunia.
Hal itu dikatakan Prayudi saat kunjungan lapangan Komite Pengarah Inisiatif Nasional Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan dan Cerdas terhadap Iklim (NI-SCOPS) di Kabupaten Aceh Timur, Jumat (1/3/2024) lalu.
Turut hadir dalam rombongan antara lain sejumlah pejabat Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Luar Negeri, perwakilan Kedubes Belanda dan Kedubes Inggris, KPH 3 Wilayah Aceh, Bappeda Aceh, Distanbun Aceh, Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Forum Konservasi Leuser, Yayasan Ekosistem Lestari, Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh, PUPL Aceh Timur dan Aceh Tamiang, serta mitra terkait lainnya.
“Dari sisi produktivitas, Aceh berkontribusi sebesar 3,36 persen terhadap luasan lahan dan 2,14 persen luasan kelapa sawit dan produksi CPO nasional. Luas lahannya 470.826 ha dengan produksi CPO 966 ribu ton per tahun. Aceh Timur ada di peringkat kedua dengan luas 73 ribu ha, di bawah Nagan Raya dengan luas 96 ribu ha,” jelasnya.
Oleh karena itu, pembangunan Kelapa Sawit Berkelanjutan (KSB) menjadi pilar utama dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan di Provinsi Aceh, sehingga Pemerintah Aceh telah mengeluarkan Peta Jalan KSB yang dimuat di berbagai dokumen perencanaan pembangunan seperti Rencana Pertumbuhan Hijau 2020-2050 yang menjadi referensi pengembangan RTRW, RPJP dan RPJM.
Peta Jalan KSB ini memberikan arahan dan strategi untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan, terutama untuk mencapai rantai pasok yang bebas deforestasi, konversi gambut, dan eksploitasi (NDPE).
Pengembangan KSB sendiri adalah proses terintegrasi mulai dari hulu (perkebunan dan pengolahan pasca panen) hingga hilir (pengolahan produk turunan dan sampingan) dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial termasuk keseimbangan lingkungan secara seimbang.
Maka dari itu, perlu legalisasi produk seperti Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO), Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) khusus tanaman sawit untuk membuktikan bahwa Aceh Timur memproduksi sawit yang berkelanjutan dengan komitmen menjaga kelestarian ekosistem khususnya Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
Prayudi mengatakan, STDB sangat bermanfaat untuk petani karena dapat mengurai berbagai permasalahan di perkebunan sawit rakyat, terutama petani sawit swadaya.
“Bahkan dengan adanya pembuktian dari legalisasi lahan dan pemetaan kawasan, petani swadaya juga mendapatkan manfaat berupa intensif dan dukungan dari pemerintah setempat sangat dibutuhkan agar semua target ini dapat tercapai,” harap Prayudi.
Sementara Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa dan Sumberdaya Alam Kementerian Perekonomian, Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, MT mengatakan, pemerintah pusat saat ini sedang mendorong percepatan I-STDB dan ISPO agar segera tuntas, khususnya di Aceh Timur harus 100 persen.
“Maka dari itu kami butuh dukungan dan suport dari Pemerintah Daerah agar perkembangan sawit berkelanjutan dan komuniditi lainnya berkembang,” katanya.
Sementara itu, Pj Bupati Aceh Timur, Ir Mahyuddin, M.Si mengatakan bahwa Kabupaten Aceh Timur mendukung penuh PPI Compact sebagai model tata kelola yang melibatkan pemerintah dan swasta untuk mendorong pertumbuhan hijau dan inklusif serta mendorong bisnis yang berkelanjutan melalui tiga pilar utama: produksi, proteksi, inklusi sosial, serta mendorong peningkatan produksi, dengan tetap menjaga keberlanjutan lingkungan dan akses semua pihak pada kehidupan yang lebih baik.
“Kedepan, kami juga berharap akan ada program-program kegiatan berkelanjutan yang didukung oleh Kementerian Perekonomian, Kementerian Pertanian dan pihak terkait lainnya terutama lembaga mitra yang selama ini telah banyak membantu,” kata Mahyuddin. [ZA]