ASPEK.ID, JAKARTA – Uni Emirat Arab (UEA) menyiapkan dana 22,8 miliar dollar AS untuk berinvestasi di Indonesia melalui Sovereign Welth Fund dengan Masayoshi dari Softbank (Jepang) dan International Development Finance Corporatio (IDFC) Amerika Serikat.
Kesediaan Pemerintah UEA menyiapkan dana investasi yang cukup besar itu disampaikan Putra Mahkota UEA, Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed (MBZ) dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Qasr Al Watan, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1) sore waktu setempat.
“Tadi dibicarakan dari Presiden mengenai Sovereign welth fund, bahwa Crowned Prince itu berulang kali mengatakan bahwa Indonesia adalah sahabat kami yang sangat dekat. Dan berulang kali beliau mengingatkan bahwa Indonesia penduduk Islam terbanyak. Jadi, mereka ingin berkontribusi bagi negara Indonesia,” kata Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers di Emirate Palace, Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1) malam.
Menko Kemaritiman dan Investasi menilai, persetujuan yang disampaikan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed adalah satu deal terbesar mungkin dalam sejarah Indonesia dalam waktu singkat di negara Timur Tengah yaitu United Emirat Arab.
Dengan Sovereign welth fund itu, lanjut Luhut, UEA akan masuk berinvestasi dalam pembangunan Ibukota Baru di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Bahkan, Luhut mengemukakan, Presiden Jokowi meminta agar Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed menjadi Dewan Pengarah di pembangunan Ibu Kota Baru itu. Selain itu, UEA juga ingin masuk berinvestasi dalam pembangunan di Aceh.
“Aceh itu mereka sangat masuk ingin masuk properti. Nah, minggu depan perintah Presiden, Gubernur Aceh dan tokoh-tokoh di situ akan bicara tentang ini karena mereka ada beberapa persyaratan itu mereka masuk,” ungkapnya.
Luhut menjelaskan, rencana tersebut sempat disentuh oleh adik Putra Mahkota UEA, yaitu Sheikh Hamid. Alasannya Sheikh Hamid masuk di Aceh karena jarak terbang dari Abu Dhabi itu hanya kira-kira 5 jam lebih.
“Jadi, saya pikir ini satu langkah yang hebat dan berlanjut dari ini Februari tanggal 11 di sini nanti akan berkumpul lagi dan akan bicara lagi,” terang Luhut.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan, dalam pertemuan bilateral antara Presiden Jokowi dengan Pangeran Sheikh Mohammed Bin Zayed itu dihasilkan 16 kerja sama.
Rinciannya 5 kerja sama sifatnya G to G, sementara 11 kerja sama yang lain sifatnya adalah business.
“Untuk G to G nya
adalah di bidang pendidikan Islam, kemudian kesehatan, kemudian pendidikan itu
sendiri, terus kemudian dari agriculture, dan untuk counter terrorism. Sedang
yang 11 lainnya adalah sifatnya B to B (Business to Business),” jelasnya.