Oleh: Fakhrul Radhi
(Analiyst Perfekto untuk Indonesia)
Menteri BUMN Erick Thohir semakin menguasai peta elektoral cawapres RI 2024, dari beberapa hasil survei berbagai lembaga ternama, pasangan yang disandingkan dengan Erick Thohir kerap sekali keluar sebagai pasangan yang paling diunggulkan.
Baru-baru ini survei IPO, Ganjar Pranowo unggul 36,8 persen saat disandingkan dengan Erick Thohir, begitu juga Anies Baswedan yang unggul 38,5 persen saat berduet dengan Erick Thohir.
Namun berbeda saat Ganjar dipasangkan dengan cawapres lainnya, elektabilitasnya langsung turun menjadi 28 persen dan 21 persen.
Hal ini tentunya semakin menunjukkan, kontribusi Erick Thohir sebagai cawapres yang mendongkrak suara calon presiden.
Tren elektabilitas Erick Thohir dari waktu ke waktu semakin menunjukan kenaikan. Keberhasilannya melakukan transformasi dan mengubah citra BUMN yang semakin dekat dengan masyarakat dan pro terhadap generasi muda serta perempuan membuat sosok Erick Thohir mendapatkan perhatian lebih dari pemilih.
Erick Thohir memiliki rekam jejak profesional dan kemampuan managerial yang baik dalam mengambil langkah strategis pada setiap institusi yang dipimpinya. Hal ini menjadi magnet bagi partai untuk mengusung Erick Thohir, artinya partai pasti akan mengusung calon yang mudah untuk ditawarkan ke publik.
Apalagi secara elektoral Erick Thohir memiliki basis masa yang begitu luas, baik di kalangan BUMN, pecinta olahraga, kaum nahdliyin, UMKM dan generasi muda.
Kuatnya elektabilitas Erick Thohir tidak terlepas dari besarnya harapan dan ekspektasi publik terhadap dirinya, seperti di awal-awal memimpin PSSI, baru beberapa hari terpilih sebagai Ketum PSSI berbagai kritikan pun langsung berdatangan.
Kritikan ini merupakan perwujudan dari ekpektasi dan harapan publik kepada Erick Thohir yang begitu besar. Meskipun demikian, mengubah ekosistem sepak bola memang bukanlah hal yang instant, tentu membutuhkan waktu serta nyali.
Untuk maju sebagai cawapres yang layak diusung setidaknya Erick Thohir telah menguasai 2 aspek penentu, pertama elektabilitas dan kedua modal logistik. Yang belum terpenuhi adalah aspek dukungan partai politik, tentunya dengan latar belakang profesional dan independen Erick Thohir akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari beberapa parpol.