ASPEK.ID, PEKANBARU – Hingga Minggu (15/9/2019), kebakaran hutan dan lahan di Riau masih berdampak pada kualitas udara sedang hingga sangat tidak sehat di beberapa titik. Data menunjukkan kualitas udara di provinsi lain, seperti Jambi (123), Kepulauan Riau (89), Sumatera Selatan (51), Sumatera Barat (46) dan Aceh (14).
Kualitas udara yang diukur dengan ISPU memiliki kategori baik (0 – 50), sedang (51 – 100), tidak sehat (101 – 199), sangat tidak sehat (200 – 299) dan berbahaya (lebih dari 300).
“Saya tidak ingin hanya slogan-slogan. Dulu saya senang dengan pernyataan Riau Tanpa Asap. Tapi apa, hari ini Riau penuh asap,” ujar Kepala BNPB Doni Mnardo dalam rapat koordinasi penanganan karthula, Riau, Sabtu (14/9/2019).
Doni mengimbau pemerintah daerah tidak hanya bermain dengan kata-kata saja, tetapi harus bertindak nyata. Hal ini diungkapkan mengingat sebelumnya Doni mendengar slogan ‘Riau Tanpa Asap.’ Namun, ini bertolak belakang dengan kondisi yang dihadapi Riau saat ini.
Mendukung operasi pemadaman karhutla, BNPB bersama kementerian/lembaga, TNI dan Polri menggerahkan personel. Tujuh helikopter untuk pengemboman air dan patroli dikerahkan untuk wilayah Riau. Terhitung dari 19 Februari-31 Oktober lebih dari 124 juta liter air digelontorkan untuk pengemboman air dan lebih dari 159 garam untuk operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Luas lahan terbakar akibat karhutla di Riau menurut catatan BNPB yaitu seluas 49.266 hektar. Sejumlah luas lahan terbakar lahan gambut seluas 40.553 ha dan mineral 8.713 ha.
Karhutla yang masih terus berlangsung ini mengakibatkan dampak yang luas selain kerusakan lingkungan dan kesehatan, juga aktivitas kehidupan warga masyarakat. Dampak kabut asap menyebabkan beberapa penerbangan ke Riau ditunda atau terlambat karena jarang pandang yang dekat.