ASPEK.ID, JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) terhadap Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berbagai strategi pun dibuat agar segera bisa direalisasikan.
Labuan Bajo adalah ibu kota kabupaten Manggarai Barat dan terletak di ujung paling barat Pulau Flores. Labuan Bajo adalah titik peluncuran wistawatan atau gerbang ke Pulau Komodo, Pulau Rinca serta Pulau Padar. Taman Nasional Komodo sendiri meliputi banyak perairan dan pulau-pulau di sebelah barat Labuan Bajo.
Jalan dan Bangunan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga membangun Jalan Lingkar Utara Flores dari Labuan Bajo-Kedindi sepanjang 141,29 km untuk mendukung ketersediaan infrastruktur.
Pembangunan Jalan Lintas Utara Flores terbagi atas empat segmen jalan, yakni Labuan Bajo-Boleng (28,18 km), Boleng-Terang (32,15 km), Terang-Pelabuhan Bari (20,55 km), dan Pelabuhan Bari-Kendidi (60,4 km).
Ditjen Bina Marga juga dtugaskan untuk melebarkan Jalan Soekarno Hatta di pusat kota Labuan Bajo dilengkapi dengan jalur pejalan kali (pedestrian walk) yang nyaman, serta meningkatkan kualitas jalan dari Labuan Bajo ke Wae Cicu yang akan menjadi pusat pelayanan akomodasi wisata premium di Labuan Bajo.
Pemerintah juga melakukan penataan Puncak Waringin, penataan kawasan Kampung Baru, penataan integrasi tempat pelelangan ikan (TPI) dengan kawasan wisata kuliner Kampung Ujung, peningkatan trotoar & Jalan Soekarno Hatta, pengembangan kawasan wisata Goa Batu Cermin, serta pengembangan sektor air minum & sanitasi Labuan Bajo.
Baca Juga: Mengenal 4 Sosok Calon Menteri BUMN
PLN Tertinggi, Pemerintah Suntik BUMN Rp 17,73 T
Daftar Panjang Bos BUMN Terlibat Korupsi, Siapa Menyusul?
Pelabuhan
Untuk mendukung pengembangan Labuhan Bajo, pelabuhan baru juga akan dibangun khusus untuk mendukung transportasi barang dan penumpang.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, pelabuhan yang ada saat ini akan dipindahkan dan dibangun baru tahun 2020 di lokasi yang telah disiapkan.
“Pelabuhan yang ada saat ini akan digunakan secara khusus sebagai pelabuhan pendukung pariwisata Labuan Bajo untuk melayani turis saja,” kata Budi Karya beberapa waktu lalu.
Bandar Udara
Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan pengembangan Bandara Komodo di Labuan Bajo akan bisa diselesaikan pada 2020. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah diinstruksikan untuk segera memulai pengembangan Bandara Komodo tersebut.
“Terminal akan kita perbesar, runway diperpanjang, maksimal tahun depan sudah rampung semua,” kata Presiden saat melakukan kunjungan kerja di Labuan Bajo, Rabu (10/7/2019).
Menhub Budi Karya Sumadi menegaskan pada 2020, perpanjangan landasan pacu (runway) Bandara Komodo selesai dikerjakan sehingga pesawat besar seperti Airbus 320 bisa mendarat dan meningkatkan kapasitas penumpang.
“Insya Allah, pertengahan tahun depan runwaynya sudah 2.450 meter. Artinya, pesawat Airbus 320 bisa landing secara penuh,” katanya seraya menambahkan bahwa kapasitas penumpang Bandara Komodo juga akan meningkatkan menjadi lebih dari 3,5 juta orang per tahun.
Baca Juga: Menhub: Transportasi Dapat Merajut Nusantara
Ambisi Rini Satukan Markas BUMN di Kawasan Kementerian
Kemenhub dan Blue Bird Bedah Mobil Listrik di Atjeh Connection
Operator Bandara
Teranyar, pemerintah mengadakan lelang dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) untuk pengelolaan Bandara Labuan Bajo. Konsorsium perusahaan Singapura, Changi Aiports International Pte Ltd, Changi Airport MENA Pte Ltd dan perusahaan Indonesia PT Cardig Aero Service, dinyatakan lolos tahap pertama.
Kepala Seksi Kerja Sama dan Pengembangan Pengusahaan Bandara Kementerian Perhubungan Arif Mustofa dilansir laman Antara di Jakarta, Jum’at (4/10) menyebutkan, ada 5 konsorsium yang mengikuti lelang, namun yang dinyatakan lolos hanya Changi-Cardig.
“Cardig itu perusahaan lokal. Konsorsium yang ikut awalnya ada 5. yang lolos tinggal satu, mitra asingnya dua. Setelah itu tahap dua selesai baru kita award. Nanti yang menang akan maju ke proses berikutnya. Jadi, financial close,” kata Arif.
Disebutkannya, 5 konsorsium tersebut adalah Changi-Cardig, Astra dengan perusahaan Prancis, PT Angkasa Pura II dengan perusahaan Malaysia Muhiba, Indika Group dan perusahaan Prancis serta PT Angkasa Pura I dengan perusahaan India GVK.
Ia mengatakan bahwa pihaknya juga telah melakukan survei ke bandara-bandara yang dioperasikan oleh perusahaan tersebut, di antaranya bandara di Cyprus, Rio de Janeiro-Brazil dan Siem Reap-Kamboja untuk memastikan kredibilitasnya.,
Pihaknya beralasan membuka lelang kepada perusahaan asing karena ingin mencari yang berpengalaman dalam mengoperasikan bandara di pasar internasional.
“Ada market-market yang belum kita kelola, untuk mengelola market internasional, tidak hanya bisa bangun bandara, kita punya BUMN karya jago-jago, tapi untuk airport operator yang punya link internasional yang membangun jaringan-jaringan wisata internasional yang lebih penting,” jelasnya.
Keuntungan KPBU, jelas Arif, pemerintah bisa menghemat APBN karena tidak mengeluarkan biaya untuk pengembangannya, selain itu mendapatkan biaya konsesi minimum 2,5 persen, biaya pemakaian parkir pesawat (apron) serta setoran kelebihan keuntungan yang ditargetkan operator.
“Katakanlah tahun ini berhasil untung Rp50 miliar targetnya, tapi yang didapatkan Rp60 miliar, maka Rp10 miliar akan disetor ke kas negara,” pungkasnya.