Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani menyatakan PTPN III meraup laba Rp 1,45 triliun pada kuartal II 2021. Sebelumnya, PTPN III rugi selama 2 tahun berturut-turut.
Dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (26/8/2021), laba bersih perseroan naik 227,8% senilai Rp 1,45 trilliun atau naik 2 kali lipat lebih dari tahun lalu yang sebelumnya rugi sebesar Rp 1,1 trilliun (yoy). Perseroan bahkan 2 tahun berturut-turut mengalami kerugian.
Abdul Ghani mengatakan, kinerja keuangan didukung oleh beberapa aspek antara lain restrukturisasi, peningkatan produksi dan produktivitas, serta peningkatan nilai tambah produk melalui hilirisasi.
Di tengah pandemi Covid-19, perusahaan memperlihatkan tren kinerja positif melalui pelaksanaan operational excellence, back to basic, serta penekanan pada culture planters.
“Capaian itu antara lain didukung oleh meningkatnya produksi CPO 19% di atas tahun lalu dan penurunan beban biaya produksi sebesar 14% dari tahun lalu,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (26/8/2021).
Selain laba, Revenue PTPN tumbuh 36,37% mencapai Rp 21,26 triliun atau tumbuh sebesar 36,37% (yoy) di atas pencapaian tahun lalu.
Abdul Gani juga menambahkan, perseroan sudah menyelesaikan restruktursisasi utang senilai Rp 41 trilliun, dan meluncurkan produk ritel, Nusakita.
“Sejak akhir 2019 manajemen terus melakukan transformasi bisnis beserta Anak Perusahaan melalui strategi perusahaan yang tersusun dalam roadmap transformasi perusahaan,” jelasnya.
Ada lima strategi yang ditempuh manajemen Holding PTPN dalam melakukan transformasi hingga membawa kinerja PTPN Group mencapai level menggembirakan.
Kelima strategi tersebut meliputi tiga strategi utama; Optimalisasi Portfolio & Operational Excellence, Commercial Excellence & Ekspansi Hilir dan Optimalisasi Aset & Kemitraan Strategis dan dua strategi pendukung yaitu; Pengembangan Kapabilitas dan Budaya & Peningkatan System dan Teknologi.
“Dalam hal transformasi keuangan, kami telah berhasil melakukan restrukturisasi hutang PTPN Group senilai Rp 41 Triliun, dengan dilakukannya Penandatanganan Amandemen Perjanjian Pinjaman dari 39 kreditur pada 19 April 2021,” pungkasnya.