Masyarakat Indonesia kembali disuguhkan debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1) dengan tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
ketua OKK Relawan Kami Prabowo, Ananda Bahri menyatakan sikap Capres 01 Anies Baswedan yang tidak mengedepankan gagasan dan substansi tema namun malah sibuk menebar fitnah dan terkesan menghasut serta memprovokasi publik untuk merendahkan Prabowo secara kinerja dan pribadi.
Fitnah yang pertama adalah terkait kepemilikan lahan pribadi Prabowo yang menurut Anies Baswedan adalah seluas 340 ribu hektare, dan tuduhan ini tidak benar karena menurut catatan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Senin (8/1/2024), Prabowo memiliki lahan pribadi seluas 8,7 hektare, dan tidak ada korelasi sama sekali antara kepemilikan lahan pribadi Prabowo dengan tema yang telah disepakati dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yaitu soal pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
Fitnah kedua Anies Baswedan adalah menyebutkan bahwa Kementerian Pertahanan dibawah komando Prabowo telah menghabiskan anggaran negara sebesar Rp. 700 trilliun untuk membeli alutista bekas.
Ananda Bahri menjelaskan bahwa seluruh total anggaran Kemenhan sejak tahun 2019 sd tahun 2023 adalah sebesar Rp.660,37 triliun dan bukan Rp.700 triliun.
Selanjutnya dengan logika dasar saja kita tahu bahwa tidak mungkin seluruh anggaran sebesar Rp.660,37 triliun ini dihabiskan hanya untuk pembelian alutista karena harus ada instrument anggaran belanja pegawai, belanja modal, serta belanja barang dan jasa.
Sebagai seorang mantan pejabat sekelas Gubernur harusnya Anies Baswedan tahu bahwa sebelum melakukan pembelian alutista, Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Legislatif dalam hal ini komisi 1 DPR RI yang membawahi urusan pertahanan dan salah satu pimpinan komisinya juga merupakan kader partai PKS selaku partai pengusung Anies Baswedan yang turut menyetujui Rancangan Anggaran Belanja Kemenhan selama ini.
jadi data dan logika seperti apa yang digunakan seorang mantan pejabat publik seperti Anies Baswedan dengan menyebutkan bahwa belanja alutista bekas menghabiskan lebih besar dari anggaran kemenhan kalau bukan karena ingin fitnah, menghasut serta memprovokasi rakyat untuk menjatuhkn Prabowo ujar Ananda Bahri dalam keterangan tertulisnya.
Lanjutnya, Ananda juga menyebut bahwa fitnah-fitnah ini bukan kali pertama dilakukan Anies Baswedan, sebelumnya Anies juga pernah melontarkan fitnah pada debat perdana (12/12/23) yang menyebutkan bahwa Harun Al Rasyid adalah pendukung Prabowo yang tewas karena melakukkan aksi protes didepan gedung KPU tahun 2019 silam dan realitanya Harun Al Rasyid saat itu masih berusia 15 tahun dan duduk dibangku SMP sehingga belum memiliki hak konstitusional untuk terlibat pada politik praktis.
Namun sampai berita ini diterbitkan Anies belum pernah meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataannya pada debat perdana tersebut.
Ananda bahri menyimpulkan bahwa Anies Baswedan seperti tukang obat yang berusaha meyakinkan konsumen (publik) bahwa obatnya dapat meyembuhkan segala bentuk penyakit dengan cara menjelek jelekkan dan memfitnah produk obat lain demi mendapatkan keuntungan pribadi dan menjadikan produknya diminati publik.
Namun Kami Prabowo percaya bahwa masyarakat hari ini terutama Gen Z dan Milenial sudah sangat cerdas dan kritis sehingga tidak mudah difitnah, diprovokasi dan apalagi diadu domba.
Justru kejadian ini membuat kami bersyukur akhirnya publik bisa benar benar menilai mana pemimpin yang memiliki hati bersih ingin menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan mana pemimpin yang bertopeng seolah sangat beretika dan terdidik namun ternyata suka menebar fitnah demi menjatuhkan lawan, tutupnya.