ASPEK.ID, JAKARTA – Direktur Eksekutif The Jokowi Center Teuku Neta Firdaus menyatakan bahwa Presiden ke-3, BJ Habibie yang wafat pada Rabu (11/9/2019) mewariskan paling tidak 7 legensi kepada anak bangsa yang diyakini akan dikenang sepanjang masa.
“Pak Habibie itu adalah Bapak Teknologi yang membuka mata rakyat Indonesia untuk peduli pada teknologi serta iman dan taqwa,” ucap Neta, Jum’at (13/9/2019).
Neta dalam pernyataan tertulis menyebutkan masa pemerintahan Habibie sekitar 1,5 tahun sudah mewariskan hal-hal yang dikenang sepanjang abad. Seperti pada 1998, Habibie tekan Keputusan Presiden mendirikan Komnas Perempuan. Keberadaan lembaga ini adalah salah satu perhatian Habibie serta kekerasan seksual terhadap perempuan pada peristiwa kerusuhan Mei 1998.
“Kita sekarang menikmati kebebasan pers karena andil dari Bapak Habibie,” terang Neta.
Neta menerangkan, Habibie membuka kran-kran demokrasi dengan mencabut undang-undang yang dianggap membatasi kemerdekaan pers seperti Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Sebagai gantinya, pemerintah memberlakukan UU Pers No. 40 tahun 1999 yang menjamin adanya kebebasan pers. Atas jasanya ini, Habibie dikenal sebagai Bapak Demokrasi.
“Wartawan sekarang bisa membentuk media tanpa perlu mengurus SIUPP adalah warisan yang dikenang oleh para pengiat demokrasi,” ajak Neta.
Direktur Eksekutif The Jokowi Center ini juga menyampaikan, di internasional, temuan Habibie perihal progression crack theory atau teori keretakan. Teori inilah yang menyebabkan Habibie dirinya mendapat julukan ‘Mr. Crack’ oleh para ahli.
“Habibie yang visioner mendirikan PT Indonesia Pesawat Terbang Nurtanio pada 1976. Pabrik pesawat itu satu-satunya di Asia Tenggara. Kemudian pada tahun 1985, pabrik tersebut berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang sekarang lebih dikenal dengan PT Dirgantara Indonesia,” jelasnya.
Neta melanjutkan pada 1998, ada sebutan agar kerikil di dalam sepatu selesai, maka perlu dibuang kerikil itu. Itu adalah tamsilan tentang kondisi Timtim yang merupakan provinsi ke-27 atau terakhir di RI. Habibie setuju diadakan referendum di daerah bekas koloni Portugis.
Setelah 23 tahun bergabung dengan Indonesia, Timor Timur memilih menentukan jalannya sendiri melalui referendum dengan opsi otsus atau merdeka. alasan Habibie, setiap bangsa berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Lalu Habibie meminta referendum Timor Timur ke Sekjen PBB Kofi Annan pada 27 Januari 1999.
“Habibie juga membentuk ICMI, Bank Muamalat Syariah yang pertama di Indonesia serta koran Republika,” pungkas Neta.