ASPEK.ID, JAKARTA – Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar di industri minyak dan gas (migas) khususnya minyak. Sebab, produksi minyak Indonesia mengalami penurunan dikarenakan sejumlah sumur yang sudah tua.
Lantas, bagaimana cara peningkatannya?
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, Indonesia sebenarnya masih punya potensi cadangan minyak yang besar karena saat ini masih punya 128 cekungan migas.
“Dari 54 cekungan migas ini, baru 18 yang berstatus production,” kata Dwi dalam acara Sarasehan Migas Nasional ke-2 di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Lanjutnya, cadangan minyak Indonesia saat ini tercatat 3,8 miliar barel. Kemudian, dari sisa cekungan yang belum dieksplorasi yakni sebanyak 74 cekungan menyimpan potensi minyak 7,5 miliar barel.
“Kita punya cadangan 3,8 miliar barrel, dari 74 yang belum tersentuh potensi minyak buminya 7,5 miliar barel. Jadi potensi di dalam sana masih sangat besar,” ujarnya.
Pihaknya juga terus memperbaiki iklim investasi migas sebagai salah satu cara meningkatkan kinerja sektor hulu migas yang masih merupakan andalan pemasukan negara.
Dikatakannya, saat ini kontribusi PNPB nasional paling tinggi adalah sektor migas yang mencapai 40% PNP.
“Dalam 2 tahun terakhir investasi selalu meningkat. Di tahun 2018 USD 11 miliar dan di tahun 2019 ditargetkan menjadi USD 14,7 miliar. Saat ini, dengan adanya dana komitmen pasti maka investasi sektor migas dapat diperbaiki lebih baik di masa mendatang,” jelasnya.
Investasi kegiatan migas, tambahnya juga tumbuh secara masif. Sesuai Nawacita kemudahan investasi terus dilakukan. Pemberian sistem fiskal yang lebih fleksibel, penyederhanaan perijinan dan perbaikan tata kelola.
“Sektor Migas akan terus memiliki daya saing. Kondisi harga global energi memberikan pengaruh. Selain investasi adalah menawarkan wilayah kerja baru saat ini SKK Migas sudah dan akan terus melakukan roadshow serta menawarkan 10 potensial area sebagai upaya mencapai road to Giant Discovery,” imbuhnya.
“Di era digital dan revolusi industri 4.0 dapat dimanfaatkan pula oleh industri migas nasional untuk meningkatkan daya saing melalui pemanfaatan IT dalam berbagai aspek operasi sehingga dapat meningkatkan efisien dalam proses produksi,” pungkasnya.