Indonesia, yang dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki jejak panjang dalam sejarah penyebaran agama Islam. Warisan ini terlihat dari berdirinya sejumlah masjid bersejarah yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Masjid-masjid tersebut tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu perkembangan budaya dan peradaban Islam di tanah air.
Salah satu masjid tertua di Indonesia menampilkan keunikan arsitektur yang memadukan kearifan lokal dengan nilai-nilai Islam. Dibangun berabad-abad silam, masjid ini tetap berdiri teguh hingga kini dan menjadi lambang harmonisasi antara budaya tradisional dan ajaran agama. Sejarah, desain arsitektural, serta tradisi yang berkembang di masjid ini menjadi daya tarik tersendiri untuk ditelusuri lebih jauh.
Masjid pertama di Indonesia yang dikenal hingga kini adalah Masjid Saka Tunggal Baitussalam yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Masjid ini mendapat julukan “Saka Tunggal” karena hanya memiliki satu tiang penyangga atau saka yang berada di tengah bangunan utama masjid.
Saka tersebut bahkan dilindungi dengan kaca untuk menjaga tulisan yang menunjukkan tahun berdirinya masjid ini. Struktur unik ini membuat Masjid Saka Tunggal menjadi salah satu peninggalan berharga dalam sejarah Islam Indonesia.
Masjid Saka Tunggal dinobatkan sebagai masjid tertua di Indonesia karena diperkirakan berdiri sekitar dua abad sebelum zaman Wali Songo, tepatnya pada tahun 1288 Masehi. Bangunan masjid ini didirikan oleh Kiai Mustolin, seorang pendakwah agama Islam yang lebih dikenal dengan panggilan Mbah Tolih. Nama masjid ini, yang berarti tiang tunggal, diambil dari karakteristik bangunannya yang ditopang oleh satu tiang utama. Dalam bahasa Jawa, “saka” berarti tiang, dan “tunggal” berarti satu.
Arsitektur masjid ini juga sangat dipengaruhi oleh gaya dari era Kerajaan Singasari dan Majapahit, memberikan nuansa berbeda dari masjid-masjid Jawa pada umumnya yang biasanya memiliki empat tiang penyangga. Di Masjid Saka Tunggal, saka ini menjadi simbol dari “papat kiblat lima pancer,” yang bermakna manusia sebagai pusat dikelilingi oleh empat elemen alam yaitu air, api, angin, dan tanah yang membentuk kehidupan. Filosofi ini juga menekankan konsep hidup yang lurus, selaras dengan ajaran Islam. Atap masjid disusun dari ijuk, sementara dindingnya terbuat dari anyaman bambu, menjadikan masjid ini sebagai lambang kesederhanaan sekaligus keindahan tradisional Jawa.
Masjid Saka Tunggal bukan hanya bangunan tertua dalam sejarah Islam di Indonesia, tetapi juga sebuah simbol yang mencerminkan perpaduan antara agama dan budaya lokal. Melalui arsitektur unik dan tradisi khasnya, Masjid Saka Tunggal mengajarkan makna hidup yang selaras dengan alam dan sesama manusia. Bagi yang berkunjung ke Banyumas, masjid ini layak menjadi destinasi spiritual dan sejarah yang menginspirasi.