Saat wisuda, tali yang ada di topi toga dari kiri dipindahkan ke kanan. Proses pemindahan ini adalah simbol yang memiliki makna.
Melansir dari situs TIME, asal-usul toga wisuda simbol kelulusan dari universitas pertama di Eropa yang didirikan para pendeta pada abad ke-12 dan 13. Masa itu, gereja memiliki keterkaitan dengan pusat pendidikan. Hal ini membuat para mahasiswa kerap kali terlihat mengenakan jubah dan penutup kepala yang berwarna hitam atau coklat.
Sejarawan berpendapat toga dan jubah bukan simbol pendeta, melainkan pakaian yang dikenakan untuk menjaga tubuh mereka tetap hangat. Terutama saat mesin penghangat ruangan belum ditemukan.
Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. Dr. Slamet Widodo, M.S., M.M. menjelaskan bahwa perpindahan tali toga dari kiri ke kanan bukan hanya sekedar simbolis, namun memiliki makna tersirat di dalamnya.
“Selama ini kuliah berada di otak kiri untuk berpikir. Kenapa dipindahkan ke kanan? Itu simbolis. Anak-anakku diserahkan kembali ke masyarakat dan berkiprah menerapkan ilmunya,” jelasnya di laman UM Metro, Ahad (26/6/2022).
Slamet mengatakan, otak kiri memiliki fungsi untuk kecerdasan manusia, berpikir secara kritis dan berlogika. Sebagai mahasiswa, otak kiri ini yang lebih berperan. Kemudian setelah lulus, akan ada perpindahan sebagai simbol perubahan status dari mahasiswa menjadi anggota masyarakat. Artinya, mahasiswa tak lagi hanya menggunakan otak kiri.
“Ketika tali toga secara simbolis telah dipindahkan pada bagian kanan, ada perubahan besar yang terjadi. Mahasiswa akan kembali pada masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya. Setiap ilmu yang diperoleh bukan hanya sebatas teori, namun praktik nyata,” paparnya.
Simbol pemindahan ini bisa menjadikan mahasiswa untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Pada hari wisuda harus move on, yang tadinya belajar tidak produktif dan malas-malasan, mulai setelah wisuda mindset harus berubah mempersiapkan masa depan.