ASPEK.ID, JAKARTA – Presiden Jokowi mengatakan bahwa ekonomi global dalam 5 tahun ini dan perkiraan-perkiraan dari lembaga-lembaga internasional bahwa tahun depan akan menuju ke sebuah situasi yang lebih sulit bahkan banyak yang menyampaikan menuju ke sebuah resesi.
Oleh sebab itu, semuanya harus diantisipasi. Jokowi mengingatkan sebagaimana yang berulang kali disampaikannya, bahwa kuncinya yang pertama adalah peningkatan ekspor dan substitusi barang-barang impor. Yang kedua yang sangat penting adalah juga investasi.
“Artinya apa? Ekspor dan investasi, peningkatan ekspor peningkatan investasi adalah menjadi kunci dari kegiatan kita di bidang ekonomi,” kata Jokowi dalam Rapat Terbatas (Ratas) dengan para menteri Kabinet Indonesia Maju yang terkait dengan perekonomian di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10).
Jokowi mengaku sudah menyampaikan baik kepada Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Perdagangan, pada Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri, bahwa perjanjian-perjanjian perdagangan harus dilakukan secara terus menerus tanpa henti.
“Kita telah menyelesaikan Indonesia-Australia CEPA dan ini harus kita teruskan ke negara-negara lain. Timnya disusun yang fix, tidak berganti-ganti. Kemudian penyelesaian dan eksekusi lapangannya juga harus terus dikerjakan, yaitu dengan Uni Eropa,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, hal ini nanti akan berkaitan dengan peningkatan ekspor plus dengan negara-negara yang tergabung dalam RCEP, yaitu 10 negara ASEAN plus 6 India, China, Korea Selatan, Jepang, Australia, New Zealand.
“Ini yang belum kita memiliki perjanjian perdagangan dengan mereka, saya minta agar diselesaikan dalam akhir tahun depan itu harus rampung. Sehingga yang berkaitan dengan ekspor ini betul-betul bisa kita lakukan,” tegasnya.
Yang kedua yang berkaitan dengan regulasi-regulasi yang ada di bidang perekonomian yang menghambat investasi, yang menghambat ekspor. Jokowi meminta agar dilihat betul agar segera ditindaklanjuti apa yang telah direncanakan mengenai penerbitan omnibus law.
“Sudah kita mulai mungkin 2 bulan yang lalu, ada 74 undang-undang di situ yang akan kita kerjakan. Saya kira Pak Menko Perekonomian sudah paham mengenai ini, tolong dikoordinasikan dengan menko-menko yang lain yang berkaitan dengan ini. Segera kita identifikasi, segera kita pangkas sehingga betul-betul apa yang di depan saya sampaikan ini betul-betul bisa kita kerjakan secara cepat,” imbuhnya.
Kepala Negara juga menyampaikan mengenai transformasi ekonomi menuju ke sebuah indistrialisasi, hilirisasi. Dari yang sebelumnya mengekspor bahan-bahan mentah baik berupa nikel, bauksit, alumina, batubara, satu persatu harus mulai ditata agar mengekspornya dalam bentuk setengah jadi atau dipaksa langsung ke barang jadi.
“Inilah sebuah nilai tambah yang nanti akan memberikan daya saing kepada negara kita. Dan saya minta langkah-langkah percepatan itu segera dilakukan, termasuk di dalamnya adalah insentif-insentif bagi industri, usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan industri-industri yang berada di pedesaan,” pungkasnya.