ASPEK.ID, JAKATRTA – Sejak akhir Juli hingga 11 September 2019, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengalami penurunan harga saham yang tajam masing-masing sebesar 5,4% dan 9,3%.
Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya dilansir dari Katadata mengatakan, penurunan harga saham tersebut berlawanan dari perkiraan rebound setelah volume penjualan semester 1 yang lemah.
“Kami menduga bahwa adanya hari besar di bulan Agustus membuat hari kerja menjadi lebih sedikit dan berdampak pada konsumsi semen,” dikutip dari Laporan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jum’at (13/9).
Pada Agustus lalu, volume penjualan semen turun 2,2% dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi 6,4 juta ton. Pelaku usaha menilai penyebabnya adalah lesunya pembangunan di sektor properti dalam negeri.
Sekretaris Perusahan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Agung Wiharto, sektor retail seperti properti menyumbang penjualan sebesar 70%, sedangkan penjualan semen curah dari berbagai program pembangunan infrastruktur hanya menyumbang 30%.
“Memang pembangunan infrastruktur selalu ada, tapi sifatnya multi years. untuk infrastruktur nasional hanya menyumbang 15% saja,” ujar Agung, Jum’at (13/9).
Selain itu, Agung menjelaskan bahwa semen bukan kebutuhan utama masyarakat, jadi volume penjualan sangat mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun volume penjualan domestik Semen Indonesia di bulan Agustus sebesar 2,5 juta ton atau turun 5,1% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Begitu pula volume penjualan Januari-Agustus 2019 sebesar 16 juta ton atau turun 5,6% secara tahunan atau year on year (yoy).
“Untuk konsumsi semen domestik secara kumulatif Januari-Agustus 2019 hanya mencapai 42,2 juta ton atau turun 1,8% yoy. Turunnya penjualan semen berdampak pada harga saham para emiten produsen semen anjlok,” pungkasnya.