PT Timah Tbk (TINS) menargetkan proyek Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace atau smelter untuk pengolahan timah menjadi logam senilai US$ 73 juta (setara Rp 1,08 triliun) mulai beroperasi pada November tahun ini.
Corporate Secretary PT Timah Tbk Abdullah Umar menjelaskan, proyek Ausmelt Furnace merupakan proyek yang dikembangkan sejak 2019 dan akan menjadi smelter baru perseroan dengan menerapkan teknologi terbaru.
“Ini kita kembangkan dan insyaallah tahun ini bisa mulai beroperasi. Saat ini, progresnya sudah 97%. Jadi diperkiraan November 2022 sudah bisa mulai operasi,” ucap Abdullah, Rabu (14/9).
Proyek tersebut semula ditargetkan dapat beroperasi pada awal 2022. Namun, karena Covid-19 pengoperasiannya terpaksa mundur. Adapun kelebihan smelter tersebut, Abdullah menjelaskan terletak pada teknologi ausmelt yang bisa mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar sekitar 40%. Jauh berbeda dengan smelter existing saat ini yang hanya mampu mengolah kadar bijih timah konsentrat sekitar 70%.
“Jadi, selain lebih efisien tentunya smelter ini menjadi upaya bahwa kita akan masuk ke penambangan primer yang hasil kadarnya relatif lebih rendah dibandingkan tambang alluvial yang ada sekarang. Kemudian proses peleburannya akan lebih cepat dan ada efisiensi sekitar 25% sampai 34% dibanding smelter yang ada sekarang,” jelasnya.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani juga memperkirakan, proyek berkapasitas 40.000 ton crude tin per tahun ini akan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan laba dan profitabilitas perseroan 25%-34% pada tahun-tahun berikutnya.