ASPEK.ID – Satelit BRIsat yang diluncurkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada 18 Juni 2016 lalu telah menyediakan jaringan komunikasi untuk outlet BRI, ATM, hingga Agen BRILink di seluruh pelosok tanah air. Sebanyak lima puluh empat Transponder Equivalent (TPE) satelit BRIsat telah digunakan untuk keperluan operasional Bank BRI untuk memberikan layanan di 17.700 wilayah termasuk di dalamnya empat TPE untuk pemerintah Indonesia.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI Indra Utoyo pada Kamis (22/8) mengatakan, strategi bisnis BRI dalam menggarap segmen UMKM terutama bisnis mikro, keberadaan outlet, ATM, dan Agen BRILink seringkali berada di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) yang belum terjangkau oleh jaringan komunikasi lainnya. Dengan adanya satelit BRIsat, perseroan dapat memastikan bahwa implementasi strategi bisnis BRI tersebut tidak mengalami kendala karena jaringan komunikasi pada lokasi-lokasi ini sudah dijangkau oleh BRIsat.
Selain lokasi, layanan satelit BRIsat juga terasa manfaatnya pada saat gangguan aliran listrik sebagaimana terjadi blackout di Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu yang lalu, dan pada saat terjadi bencana alam seperti gempa bumi di Palu dan Nusa Tenggara. Sepanjang unit kerja BRI memiliki sumber listrik alternatif seperti genset, layanan BRI tetap beroperasi. Hal ini dapat dilakukan karena jaringan komunikasi BRI tidak melalui jaringan teresterial yang ikut terdampak akibat bencana atau gangguan melainkan langsung terhubung ke satelit BRIsat.
Dengan demikian, satelit BRIsat memiliki fungsi sentral bagi strategi bisnis BRI. Mengingat sentralitas fungsi BRIsat, dimana kebergantungan bisnis BRI terhadap jaringan komunikasi terus meningkat, maka keandalan dan kapasitasnya perlu terus ditingkatkan. “Kami menyiapkan dua hal utama yakni Bank BRI akan meningkatkan keandalan dan kapasitas jaringan komunikasi dengan cara bekerja sama dengan operator satelit lain sebagai upaya mitigasi risiko apabila terjadi anomali pada BRIsat. Selain itu, melalui salah satu partner, kami berencana meluncurkan satelit High Throughput Satellite (HTS) sebagai upaya meningkatkan kapasitas,” urai Indra.
Rencana Penambahan Satelit sebagai Backup Diversity dan HTS
Bank BRI menggandeng PT. Satkomindo Mediyasa (Satkomindo) yang sejak tahun 2002 telah fokus berbisnis di bidang pengoperasian satelit sebagai operator Very Small Aperture Terminal (VSAT). Satkomindo memiliki lisensi Penyelenggara Jaringan Tetap Tertutup (JARTUP) dan pada tahun 2019 telah mendapatkan persetujuan Kominfo sebagai pengelola slot orbit satelit geostasioner di Indonesia yang telah terdaftar di badan International Telecommunication Union (ITU).
Satkomindo akan menjadi strategic partner bagi Bank BRI untuk pemenuhan reliabilitas dan kebutuhan jaringan komunikasi di masa mendatang. Hal ini perlu dilakukan agar Bank BRI dapat lebih fokus pada transformasi digital yang akan menjadi kunci pada strategi dan bisnis Bank BRI dimasa mendatang. Pemenuhan kebutuhan jaringan komunikasi satelit melalui Satkomindo, akan memberikan fleksibilitas ketersediaan kapasitas, dengan biaya operasi yang kompetitif dan kinerja yang handal.
Sebagai strategic partner BRI, Satkomindo akan meluncurkan satelit baru berteknologi HTS berkapasitas sekitar 150 Gigabit per second (Gbps) dengan menggunakan spektrum frekuensi Ku- dan Ka-band. Sebagian kapasitasnya akan digunakan oleh Bank BRI, dan sebagian kapasitas lainnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan layanan internet Indonesia, sehingga membantu mengurangishortage supply transponder satelit di tanah air.
Hasil studi PT. Telkom dan EuroConsult pada tahun 2013, saat dimana gagasan BRIsat tercetuskan, menunjukkan bahwa Indonesia mengalami kekurangan supply transponder satelit domestik sebesar lebih dari 200 TPE per tahun. Dimasa mendatang, Indonesia diprediksi tetap akan mengalami kekurangan supply kapasitas HTS. Menurut studi SATconsult (Group of Euroconsult) dan Northern Sky Research (NSR) kebutuhan kapasitas satelit HTS di Indonesia saat ini telah melebihi 1.000 Gbps dan akan terus bertambah. Satelit HTS oleh Satkomindo ini hanya menyuplai sebagian kecil dari seluruh kebutuhan satelit HTS di Indonesia tersebut. Oleh karena itu, satelit HTS Satkomindo dapat digunakan untuk melayani keperluan ekosistem BRI, dan dapat juga digunakan oleh institusi pemerintah dan masyarakat umum.
Dalam hal regulasi, perizinan satelit HTS Satkomindo tersebut tidak berkaitan dengan izin Telekomunikasi Khusus (Telsus) Bank BRI. Sebagai badan hukum yang terpisah dari Bank BRI, Satkomindo telah menjadi penyelenggara telekomunikasi di Indonesia, seperti halnya Telkom maupun Indosat. Sehingga Satkomindo dapat memberikan layanan BRI maupun customer lainnya.
“Pembuatan satelit HTS baru diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 36 bulan sehingga kemungkinan satelit tersebut akan meluncur di akhir tahun 2023. Oleh karenanya kami sudah berkoordinasi dengan Satkomindo bahwa pada awal 2020 agar menyiapkan backup diversity dengan bekerja sama dengan operator satelit lain sebagai upaya mitigasi risiko apabila terjadi anomali pada satelit BRIsat,” jelas Indra
Satkomindo saat ini dalam proses penjajakan kerjasama dengan operator satelit domestik, operator satelit internasional, dan manufaktur satelit internasional yang telah berpengalaman dalam desain, manufaktur, dan pengoperasian satelit HTS. Sebanyak 18 operator satelit dan 9 manufaktur satelit internasional telah menyatakan minatnya untuk ikut berpartisipasi dalam seleksi sebagai partner Satkomindo. Melalui mekanisme partnership, maka akses teknologi HTS akan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan lebihmature dalam hal desain dan operasional di sisi space segment dan ground segment.