Warga Indonesia menolak Timnas Israel mengikuti Piala Dunia U-20 di Jakarta pada akhir Maret ini. Namun belasan tahun sebelumnya, Indonesia menerima 90 ton bantuan dari Israel yang disalurkan lewat Palang Merah Indonesia. Warga Israel dan diasporanya memberikan bantuan pakaian, air minum, obat dan penyaring air kepada korban tsunami di Aceh pada 2004.
Pada Januari 2005, Israel menyalurkan bantuannya ke Aceh dengan hanya mendarat selama dua jam saja dan langsung bongkar muatan di Bandara Batam. Pemberian waktu singkat tersebut terjadi karena adanya penolakan pesawat El AL Israel Airlines melintas pada langit Indonesia.
Sebagai negara yang tidak berteman secara diplomatik dengan Indonesia, hal tersebut berdampak pada bagaimana penerimaan Israel. Namun waktu singkat itu bukan halangan bagi si negara Yahudi untuk menyalurkan Bantuan. Lewat perundingan cukup intens akhirnya pesawat tersebut mendarat di Batam dan selang 2 jam pergi ke Singapura.
Untuk memuluskan langkahnya dalam mengirim bantuan, pesawat El Al Israel Airlines yang berlambang bintang david harus rela tidak dipasang logo. Hal ini tentu bertujuan untuk mengurangi kontroversi dan memudahkan mereka memberikan bantuan.
Sejumlah kalangan swasta dan rakyat Israel akan kembali mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Aceh dan Sumatera Utara yang terkena bencana gempa dan tsunami
“Sakit kalian adalah sakit kami. Air mata kalian adalah air mata kami,” ujar Steve Stein, Koordinator penggalangan dana dari Yayasan Haigud Society for Transfer of Technology dikutip dari Tempo, Jumat (14/1/2005).
Dia memperkirakan, bantuan tambahan tersebut akan diterbangkan akhir Januari ini. Lebih lanjut Stein menegaskan, bantuan yang diberikan kalangan swasta dan rakyat Israel adalah bantuan kemanusiaan. Dia membantah adanya keterlibatan pemerintah Israel dalam proses pengiriman bantuan itu.
“Tidak ada keterlibatan politik. Ini masalah kemanusiaan,” dia menegaskan.
Bantuan itu, lanjut dia, berasal dari berbagai latar belakang agama, baik Islam, Kristen, maupun Yahudi. Menurut dia, para penyumbang yang kebanyakan pengusaha swasta banyak berasal dari Amerika Serikat dan Eropa.
Dia meminta agar bantuan dari kalangan swasta dan rakyat Israel ini tidak disalahartikan sebagai bantuan pemerintah.
“Saya menghargai penolakan atas bantuan pemerintah Israel karena memang tidak ada hubungan diplomatik,” tambah dia.
Pemerintah Israel sangat mendukung langkah yang dilakukan sejumlah kalangan swasta dan rakyatnya itu.
“Tentu saja pemerintah mendukung,” kata Duta Besar Israel untuk Singapura Itzhak Shoham saat dihubungi secara terpisah.
Sikap solidaritas Israel tentu tidak berhenti pada pengiriman bantuan itu saja. Pada 2008, Israel memberikan bantuan pelatihan terhadap 23 dokter bedah Indonesia. Pelatihan tersebut dilangsungkan selama 2 minggu di Tel Aviv.
Bermodalkan loka karya tentang pengelolaan insiden multi korban, para pegawai medis kita dilatih serta diajak berkunjung ke beberapa rumah sakit di sana.
Dan hubungan baik ini berlanjut dengan adanya kesepakatan kerjasama antara dokter dua negara ini. Bahwa ke depan akan terjadi latihan serupa antara para medis negara kita dengan Bintang Daud Merah (Palang Merah Israel).